Berita

Ilustrasi/Net

Bisnis

Utang Global Mencapai Puncak Tertinggi, AS Termasuk yang Paling Kelimpungan

KAMIS, 04 JULI 2024 | 14:08 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Beban utang global telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Pandemi Covid-19 disebut-sebut menjadi penyumbang terbesar beban tersebut.

Utang ini menjadi ancaman yang semakin besar terhadap standar hidup, bahkan di negara-negara kaya seperti Amerika Serikat (AS).

Dana Moneter Internasional (IMF) telah menegaskan kembali peringatannya bahwa defisit fiskal kronis di AS harus segera diatasi.


Sementara para analis mengatakan, defisit yang terus berlanjut dan meningkatnya beban utang (sekarang), menciptakan kekhawatiran jangka menengah.

Profesor di Harvard Kennedy School, Karen Dynan, mengatakan, mengatasi masalah utang Amerika memerlukan kenaikan pajak atau pemotongan tunjangan, seperti program jaminan sosial dan asuransi kesehatan.

"Banyak (politisi) yang tidak bersedia membicarakan pilihan sulit yang harus diambil. Ini adalah keputusan yang sangat serius… dan bisa berdampak besar terhadap kehidupan masyarakat," katanya.

Profesor ekonomi di Universitas Harvard, Kenneth Rogoff, mengatakan, negara lain harus melakukan penyesuaian yang menyakitkan.

Pemerintah Amerika Serikat akan menghabiskan 892 miliar dolar AS pada tahun fiskal ini untuk pembayaran bunga. Jumlah tersebut lebih besar dari anggaran pertahanan dan mendekati anggaran untuk Medicare, asuransi kesehatan untuk masyarakat lanjut usia, dan penyandang disabilitas.

Sementara pada tahun depan, pembayaran bunga AS juga akan mencapai 1 triliun dolar AS atas utang nasional yang berjumlah lebih dari 30 triliun dolar AS.

Kantor Anggaran Kongres AS mengatakan, jumlah itu sendiri kira-kira sama dengan ukuran perekonomian AS.

CBO melihat utang AS mencapai 122 persen PDB hanya dalam 10 tahun dari sekarang.

"Jadi berapa banyak utang yang terlalu banyak? Para ekonom berpendapat bahwa tidak ada tingkat yang telah ditentukan di mana hal-hal buruk terjadi di pasar, namun sebagian besar berpendapat bahwa jika utang mencapai 150 persen atau 180 persen dari produk domestik bruto, itu berarti biaya yang sangat serius bagi perekonomian dan masyarakat secara lebih luas," kata Dynan.

Dalam laporan baru UNCTAD yang dirilis pada 4 Juni 2024, PBB menyuarakan kekhawatiran atas meningkatnya beban utang dunia.

Laporan yang berjudul “A world of debt 2024: A growing burden to global prosperity”, menyoroti lonjakan utang global yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Utang yang terdiri dari pinjaman umum pemerintah domestik dan eksternal mencapai puncak bersejarah sebesar yaitu 97 triliun dolar AS pada tahun 2023, naik sebesar angka yang signifikan yaitu 5,6 triliun dolar AS dari tahun sebelumnya.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya