Peluncuran Aswaja Center PCINU Mesir/Istimewa
Lembaga Aswaja Center PCINU Mesir resmi diluncurkan di Markaz Syekh Zayed, Hay Sadis, Madinat Nasr, Senin kemarin (1/7). Seminar keilmuan menghiasai peluncuran Aswaja Center yang berada di bawah naungan PCINU Mesir ini.
Acara yang bertemakan “Kontribusi Diskursus Teologi dan Teosofi Terhadap Koeksistensi Sosial” ini diisi oleh Prof Muhammad Abdus Shomad Muhanna (Mustasyar Grand Syekh Al-Azhar) dan Prof Muhammad Abdul Fattah al-‘Awariy (Dekan Kuliah Ushuluddin Universitas Al-Azhar 2017-2021).
Ketua Aswaja Center, Muhammad Nur Iman Mundzir menyampaikan, lembaga Aswaja Center digagas untuk aktualisasi pemahaman tentang nilai-nilai Aswaja, serta upaya meningkatkan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai ke-Aswaja-an dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak hanya itu, Aswaja Center juga bertujuan untuk membentengi warga Nahdliyin Mesir dari paham-paham yang tidak sesuai dengan spirit Aswaja. Dia mengatakan, materi-materi penting sebagai modul kajian Aswaja Center adalah akidah, syariah-logika hukum, tasawuf, dan materi keindonesiaan.
Acara dilanjut dengan sambutan oleh Ketua Tanfiziah PCINU Mesir, KH Faiz Husaini, yang menyampaikan bahwa lembaga Aswaja Center diinisiasi untuk menjawab problematika umat Islam kontemporer yang semakin kompleks, dan diharapkan dapat memberi dampak positif dalam kehidupan sosial beragama.
Hal yang tak kalah penting, lembaga ini diharapkan dapat mempresentasikan manhaj al-Azhar yang berakidah, menjalankan syariah Islam, dan bertasawuf yang sesuai dengan jalan para ulama yang mu’tabar.
Acara pun dilanjutkan dengan seminar internasional yang disampaikan oleh Prof Muhammad Abdul Fattah al-‘Awariy dan Prof Muhammad Abdus Shomad Muhanna. Sementara Moh. Farisandi bertugas sebagai moderator.
Pada sesi pertama, Prof Muhammad Abdul Fattah al-‘Awariy menyampaikan materi bahwa ilmu kalam atau ilmu akidah adalah pondasi pokok ajaran agama Islam yang di atasnya berdiri cabang-cabang keilmuan lain. Akidah Islam berupa tauhid sejatinya adalah fitrah dari Allah yang dititipkan di dalam jiwa manusia.
Prof Muhammad Abdul Fattah menegaskan, ilmu kalam bukan ilmu yang hanya berisi perdebatan berkepanjangan, melainkan ilmu yang di dalamnya banyak perkataan ulama dalam menjawab persoalan akidah Islam. Serta membela keyakinan ajaran Islam dari segala bentuk syubhat dengan argumentasi berdasarkan nas agama dan logika.
Selain itu, menjalankan akidah menjadi penting karena hakikat manusia sebagai khalifah di bumi. Dengan akidah ini, manusia tahu Dzat yang menciptakan alam semesta raya, serta dapat merasakan kasih sayang Tuhan atas limpahan nikmat berupa semesta raya dan seisinya yang dipersembahkan untuk manusia, sehingga manusia wajib mengelola semesta ini sesuai dengan ajaran Tuhan.
Selanjutnya, Prof Muhammad Abdus Shomad Muhanna memaparkan, lembaga semacam ini sangatlah urgen melihat laju perkembangan pemikiran dunia kontemporer yang sangat beragam dan berpotensi merongrong dan meragukan prinsip-prinsip statis (tsawâbit) agama Islam.
Dia juga menegaskan bahwa tasawuf adalah ilmu yang mengelola kesucian hati manusia menuju ridho Allah dengan berpegang teguh pada ajaran syariah dan dan akidah. Selain itu, manusia harus berusaha ihsan, yaitu merasakan kehadiran Tuhan dalam segala tingkah lakunya.
Dengan demikian, manusia akan terjauh dari bentuk dosa dan murka Allah. Poin penting yang disampaikan adalah memurnikan penghambaan hanya berorientasi untuk menggapai ridho Allah SWT.
Usai sesi tanya jawab yang berkaitan dengan tema yang disampaikan kedua narasumber, acara pun berlanjut dengan peluncuran lembaga Aswaja Center yang dipimpin oleh KH Mukhlason Jalaluddin. Diikuti dengan penabuhan rebana oleh Prof Muhammad Abdus Shomad Muhanna, Prof Muhammad Abdul Fattah al-‘Awariy, KH Faiz Husaini, dan KH Mukhlason Jalaluddin.