Berita

Ilustrasi/Net

Bisnis

Aktivitas Pabrik Asia Meningkat pada Juni 2024

SENIN, 01 JULI 2024 | 14:23 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Aktivitas pabrik di Asia meningkat pada Juni 2024.

Dikutip dari Reuters, Senin (1/7) survei menunjukkan peningkatan tersebut karena momentum yang kuat dalam perekonomian global dan cerahnya prospek produksi semikonduktor.

Ini memberikan harapan kepada para pengambil kebijakan di kawasan ini untuk dapat mengatasi dampak lemahnya permintaan Tiongkok.


Namun tekanan biaya membebani produsen di negara-negara seperti Jepang, di mana melemahnya yen   meningkatkan harga yang harus dibayar perusahaan untuk impor bahan bakar dan bahan mentah.

Survei juga menunjukkan indeks manajer pembelian manufaktur global (PMI) Caixin/S&P Tiongkok pada Juni tercatat 51,8. Angka ini naik dibanding Mei yaitu 51,7, tetapi tetap berada di atas garis impas 50,0 yang memisahkan pertumbuhan dari kontraksi.

Data sektor swasta ini mengikuti data PMI resmi yang dirilis pada Minggu yang menunjukkan aktivitas manufaktur Tiongkok turun untuk bulan kedua di Juni dan aktivitas jasa merosot ke level terendah dalam lima bulan.

Survei-survei tersebut menunjukkan bagaimana perusahaan-perusahaan Tiongkok meningkatkan produksi meskipun permintaan dalam negeri lemah, yang gagal diatasi oleh Beijing dengan paket penyelamatan untuk sektor properti yang sedang lesu.

Sebagai tanda bahwa kawasan Asia mendapat manfaat dari kuatnya permintaan global, pertumbuhan aktivitas pabrik di Korea Selatan meningkat pada Juni ke level tercepat dalam 26 bulan karena melonjaknya pesanan baru, sebuah survei swasta menunjukkan pada Senin.

Aktivitas pabrik di Vietnam dan Taiwan juga meningkat pada Juni dengan laju yang lebih cepat dibandingkan Mei, menurut survei.

"Data bulanan yang kuat memberikan bukti lebih lanjut bahwa aktivitas industri dan perdagangan global meningkat," kata Joe Hayes, ekonom utama di S&P Global Market Intelligence, mengenai aktivitas pabrik di Korea Selatan.

Aktivitas pabrik di Jepang meningkat pada Juni, namun lebih lambat dibandingkan Mei, karena perusahaan-perusahaan berjuang menghadapi kenaikan biaya akibat melemahnya yen.

PMI manufaktur final au Jibun Bank Jepang berada di angka 50 pada garis titik impas yang memisahkan pertumbuhan dari kontraksi, setelah sempat mengalami perbaikan singkat menjadi 50,4 pada bulan Mei, menurut sebuah survei.

Sebuah indeks yang mengukur ekspektasi output masa depan perusahaan-perusahaan Jepang naik ke level tertinggi dalam enam bulan berkat prospek jangka menengah yang lebih baik untuk sektor mobil dan chip.

Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan perekonomian Asia akan menuju kondisi soft landing karena inflasi yang moderat akan memberikan ruang bagi bank sentral untuk melonggarkan kebijakan moneter guna mendukung pertumbuhan.

Mereka memperkirakan pertumbuhan di kawasan ini akan melambat dari 5 persen pada tahun 2023 menjadi 4,5 persen tahun ini dan 4,3 persen pada tahun 2025.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya