Peserta pemilu Iran memasukkan surat suara ke kotak suara di rumah dinas Kedutaan Besar Iran di Jalan Tulung Agung No. 3, Menteng pada Jumat, 28 Juni 2024/RMOL
Kedutaan Besar Iran di Jakarta menggelar pemilihan umum untuk menentukan pengganti Presiden Ebrahim Raisi yang meninggal dunia dalam kecelakaan helikopter bulan lalu.
Puluhan warga Iran yang ada di Jakarta berbondong-bondong datang ke lokasi pemungutan suara yang ada di Jalan Tulung Agung No. 3, Menteng pada Jumat (28/6). Gelaran pemilu tersebut dilakukan serentak di seluruh dunia.
Menurut pantauan
RMOL, para peserta pemilih telah berkumpul di lokasi sekitar pukul 09.30 WIB, dan beberapa menit kemudian tempat pemungutan suara dibuka.
Satu persatu pemilih berjalan menuju meja pendaftaran, di mana mereka diminta menunjukkan paspor untuk mengonfirmasi data diri pemilih.
Selanjutnya mereka mengambil surat suara dan berjalan menuju bangku untuk mencoblos salah satu calon dari empat kandidat yakni Ketua Parlemen, Mohammad Bagher Ghalibaf; Mantan Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi dan Negosiator Nuklir, Saeed Jalili; Anggota Parlemen Reformis, Masoud Pezeshkian; dan mantan Menteri Kehakiman, Mostafa Pourmohammadi.
Setelah memilih, mereka memasukkan surat suara ke kotak yang sudah disediakan.
Duta Besar Iran untuk Indonesia Mohammad Boroujerdi mengatakan, pemilu digelar tepat 50 hari setelah kematian Presiden Raisi diumumkan Mei lalu.
"Hari ini semua orang akan datang ke tempat pemungutan suara untuk memilih presiden baru dan pemerintahan baru dan kita akan menyaksikan pemerintahan baru akan mengambil alih kekuasaan," ujarnya.
Dubes melihat antusiasme warga Iran yang ikut pemilu di Jakarta, tetapi sayangnya tidak semua dari mereka bisa berpartisipasi. Pasalnya, kebanyakan diaspora Iran berada di pulau-pulau terpencil di Indonesia.
"Kita hanya punya satu TPS di Jakarta, karena di pulau-pulau dan kota-kota terpencil, tidak mungkin mengumpulkan semua suara begitu saja," paparnya sambil memperkiraan bahwa kurang dari 500 orang di Jakarta ikut dalam pemilihan tersebut.
Salah seorang pemilih bernama Massoud mengaku telah memilih satu-satunya kandidat reformis yakni Masoud Pezeshkian. Alasannya sangat simpel, yakni karena mereka memiliki kesamaan nama.
"Nama saya Massoud dan itulah mengapa saya memilih dia (kandidat reformis)," ujarnya kepada
RMOL.
Pria berusia 72 tahun itu berharap hasil pemilu dapat berjalan dengan lancar sehingga mampu membawa kemajuan bagi Iran.
"Untuk mendorong Iran maju. sama seperti di Indonesia. Saya akan menjadi bagian dari proses tersebut. Rakyat Iran berhak mendapatkan kehidupan yang lebih baik," tegasnya.
Sementara itu, seorang pemuda berusia 24 tahun bernama Mohammad Rasullah mengatakan pemilu di Iran mirip seperti yang ada di Indonesia.
Sebagai kaum muda, Rasullah mengaku ingin calon reformis yakni Pezeshkian menang. Pasalnya dia diyakini sebagai sosok yang terbuka dan lebih lunak dibanding kandidat garis keras lainnya.
"Saya berharap Pezeshkian bisa menang. Karena generasi mudah membutuhkan pemimpin yang lebih terbuka dengan dunia luar dan mereka ingin bisa mengakses Instagram, Telegram dan Youtube secara bebas," ujarnya.