"SAYA sudah mengikhlaskan Pak Oe karena itu merupakan ketetapan Allah SWT," kata Tanti, istri almarhum wartawan senior Akhmad Kusaeni. Oe adalah panggilan akrab almarhum.
Tanti menyampaikan pernyataan ikhlasnya saat menerima sejumlah pengurus Forum Pemred, Timbo Siahaan, Husain Abdullah, Asro Kamal Rokan, Titin Rosmasari, Maria Benyamin, Ilham Bintang, Selasa petang (18/6), di rumah duka.
Pernyataan Tanti diamini putri almarhum, Melinda, dan suaminya, Angga, yang turut menerima Takziah Forum Pemred. Dari pasangan Melinda-Angga itu almarhum memperoleh seorang cucu bernama Hero.
"Saya juga berterima kasih kepada kawan-kawan almarhum yang telah memberi perhatian hingga kini. Itu yang membuat saya gembira bangga pada almarhum," tambah Tanti.
Akhmad Kusaeni adalah wartawan senior, mantan Pemimpin Redaksi
Kantor Berita Antara dan mantan Kepala Perwakilan
Antara di New York, Amerika Serikat.
Takziah Forum Pemred ke rumah duka empat hari setelah Oe, salah satu pendiri Forum Pemimpin Redaksi itu berpulang.
Oe wafat Sabtu (15/6) pukul 15.10 WIB di RS Harapan Kita, dan dimakamkan malam harinya di Pemakaman Al Azhar Memorial Garden, Karawang, Jakarta Barat. Pemakaman almarhum dapat segera dilaksanakan karena Tanti bekerja di perusahaan pemakaman Al Azhar Memorial Garden tersebut.
"Keluarga sudah lama punya kavling di sana," ucap Tanti.
Terasakan mendadakTerus terang, kepergian Oe memang terasakan sangat mendadak. Hanya satu hari diketahui sakit, esoknya berangkat. Informasi Oe sakit disampaikan pertama kali di WAG Forum Pemred oleh rekan Timbo Siahaan yang tengah berlibur di Pulau Samosir, Sumatera Utara.
Hari Jumat (14/6) Tanti menelpon Timbo, lalu dari Samosir informasi itu diteruskan kepada dr Iwan Dakota Dirut RS Harapan Kita. dr Iwan Dakota sahabat Timbo adalah adik kandung Tito Karnavian mantan Kapolri yang kini Mendagri.
Tanti memberi tahu Timbo ia kesulitan mengakses ke RS Harapan Kota sebagai rumah sakit rujukan untuk penyakit jantung. Saat itu Oe dirawat di RS Columbus Asia di Pulomas.
Komunikasi Samosir-Mekkahdr Iwan Dakota tengah berada di Tanah Suci beribadah haji ketika dikontak Timbo. Dirut RS Harapan Kita bersama seluruh jamaah haji tengah sibuk bersiap berangkat ke Arafah untuk Wukuf.
"Alhamdulillah! Beruntung Iwan mengangkat telpon saya," kata Timbo, Pemimpin Redaksi
JakTV.
Gayung bersambut. Komunikasi intens Samosir-Mekkah pun berlangsung. "Saya kawal betul perkembangan komunikasi keluarga hingga Oe masuk RS Harapan Kita," ungkap Timbo.
Oe akhirnya yang sudah dalam kondisi kritis kemudian dilarikan ke RS Harapan Kita, Jumat malam. Komunikasi Samosir-Mekkah bisa kita ikuti di Group WAG Forum Pemred karena Timbo rajin mengupdate informasi penanganan Oe.
Manusia wajib berusaha namun Tuhan jua yang menentukan. Upaya medis secara maksimal telah dilakukan tim medis RS Harapan kita, namun jiwa Oe tidak tertolong. Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun.
Oe mengembuskan nafas terakhir dalam usia 60 tahun (kelahiran 17 Mei 1964). Meninggalkan istri, Tanti, tiga anak, dan seorang cucu.
Seperti disebut di awal, kepergiaan Oe menyentak betul karena mendadak. Tidak banyak kawan yang sempat melayat hari itu. Yang saya catat rekan Asro Kamal Rokan, wartawan senior yang anggota Dewan Kehormatan PWI Pusat dan Budiman Tanuredjo yang anggota Dewan Penasihat PWI sempat membesuknya di RA Harapan Kita. Begitu pun Asro dan istri tidak bisa bertemu karena Oe di Ruang ICU.
Rekan Asro dan Budiman sempat juga melepas jenasah almarhum sore itu dibawa ambulans menuju pemakamannya di Al Azhar Memorial Garden, Karawang, Jawa Barat.
Sebagian Pemred, barulah Selasa sore itu takziah ke rumah duka di kawasan Rawamangun. Di rumah duka masih dipenuhi papan bunga berisi ucapan duka cita dari berbagai kalangan. Tampak di antaranya, masih bisa terbaca, dari Menteri BUMN Erick Thohir dan Anies Baswedan. Oe terakhir memang menjabat Pemimpin Redaksi Majalah BUMN Track.
Meskipun beberapa waktu ini jarang bertemu fisik namun kontak kami melalui WAG tidak terputus. Oe sempat mengucapkan selamat ketika saya berulang tahun 10 Mei lalu. Saya juga mengucapkan sama ketika seminggu kemudian dia berulang tahun. Saya selalu mengikuti aktivitasnya di laman Facebook.
Aktivitas terakhirnya tanggal 1 Juni, menjadi saksi pernikahan kemenakannya. Dia menampilkan foto dia bersama Tanti dengan wajah sumringah.
Sejatinya Oe berpembawaan lincah dan ceria. Di mana pun. Terutama ketika menceritakan wisata kulinernya di FB. Dia memperlihatkan dirinya menyantap pelbagai macam makanan, termasuk duren.
Menggambarkan kondisi kesehatan yang prima, terbebas dari pantangan terhadap makanan apapun.
Belakangan diketahui gambaran itu ternyata berbanding terbalik dengan faktanya.
Lima tahun lalu Oe sudah menjalani operasi bypass jantung. Gangguan sakit jantunglah yang dialaminya dua minggu terakhir sebelum akhirnya meninggal dunia.
Di rumah duka kemarin, Tanti bercerita Oe justru berpantang untuk menerima pantangan yang merintangi kebebasannya menikmati kuliner. Padahal dia punya komorbid jantung, dan gula darah yang tinggi, terakhir ginjal.
"Almarhum punya prinsip makan tidak makan sama-sama akan mati jika ajal sudah tiba," kata Tanti menirukan ucapan almarhum.
Keluhan kesehatan Oe muncul awal bulan Juni. Diawali dengan sesak nafas. Ia pun dibawa ke RS Permata Pertamina. Tapi tidak lama ia pulang ke rumah. Kesehatannya tidak membaik.
Lalu dibawa ke RS Pelni. Di RS ini sempat dirawat delapan hari, tapi Oe tidak kunjung sembuh. Ia pun minta pulang karena tidak betah berlama-lama di ruang ICU.
Sehari di rumah, kondisinya kembali drop. Ia dibawa ke RS Columbus Asia di Pulomas. Di RS terakhir kondisi Oe semakin kritis. Lalu dibawa ke RS Harapan Kita, hasil kontak Timbo-dr Iwan Dakota.
Tetapi Tuhan berkehendak lain. Wartawan berpembawaan ceria, energik, penuh semangat, dan kenyang dengan pengalaman jurnalistik itu, telah tiada. Semoga Husnul Khotimah.
Selamat jalan Oe.