Kim Jong Un dan Xi Jinpping dalam pertemuan di Dalian, Mei 2018.

Dunia

Turbulensi Korut-China, Simbol Persahabatan Kedua Negara Ditutup

JUMAT, 14 JUNI 2024 | 13:58 WIB | LAPORAN: JONRIS PURBA

rmol.id Hubungan antara Korea Utara dan Republik Rakyat China (RRC) dikhawatirkan sedang tidak baik-baik saja. Informasi yang berkembang menyebutkan China menghapuskan jejak kunjungan Kim Jong Un ke Dalian pada bulan Mei 2018 lalu.

Media Korea Selatan JoongAng Ilbo melaporkan monumen tapak kaki Kim Jong Un dan Xi Jinping yang disebut “Footprint Tribute” di Pantai Pulau Bangchui di pinggiran Dalian sudah tidak dapat ditemukan lagi. Di tempat itulah pada bulan Mei 2018 lalu Kim Jong Un dan Xi Jinping bertemu.

Foto terbaru yang diperoleh melalui sumber Korea Utara oleh JoongAng Ilbo menunjukkan kini di tempat itu hanya ada jejak yang ditutupi beton aspal hitam.

JoongAng Ilbo juga memperoleh foto dari masa lalu yang menunjukkan proses pembuatan dua pasang jejak kaki yang menghadap ke arah yang sama secara berdampingan. Meski belum ada pengumuman resmi dari China mengenai pembuatan monumen itu, namun secara umum monumen itu dikaitkan dengan pertemuan Kim Jong Un dan Xi Jinping.

Spekulasi yang berkembang di kalangan diplomatik mengatakan, penghapusan monumen tapak kaki itu tidak mungkin dilakukan tanpa persetujuan Presiden Xi. Sumber lokal yang mengetahui masalah ini mengatakan, “Ada kemungkinan besar pemerintah pusat mengeluarkan instruksi untuk penghapusan tersebut.”

Sumber lain menyebutkan ”Ruang Pameran ke-7” yang sebelumnya berlokasi di sebuah restoran dekat pantai Pulau Bangchui, pun telah ditutup. Di tempat itu tadinya Kim memajang foto-foto kunjungan Kim Il Sung dan Kim Jong Il ke Pulau Bangchui.

Belum diperoleh informasi pasti mengenai kapan jejak tapak kaki Kim Jong Un dan Xi Jinping dihapus dan ruang pameran ditutup.

Menurut seorang peneliti di Institut Unifikasi Nasional Korea, Oh Kyung-seop,  keputusan China menghapuskan jejak kunjungan Kim Jong Un tampaknya diambil karena tidak ada lagi kebutuhan untuk mempertahankan atau mengelola monumen itu, baik karena ada masalah dalam hubungan Korea Utara dan China atau pun karena ada alasan lain.

Ketua Kim melakukan kunjungan mendadak ke Dalian hanya sebulan sebelum KTT pertama Korea Utara dengan Amerika Serikat yang digelar di Singapura, Juni 2018. Ketua Kim, yang mengendarai pesawat pribadi dalam perjalanan ke China, memiliki jadwal yang padat antara lain pertemuan resmi, makan malam selamat datang, berjalan-jalan di pantai Pulau Bangchui, dan makan siang bersama Presiden Xi. Acara puncaknya adalah jalan-jalan di pantai.

Saat itu, kedua pemimpin berjalan berdampingan, menunjukkan persahabatan mereka hanya dengan ditemani oleh penerjemah. Pulau Bangchui telah menjadi tempat kunjungan para pemimpin Tiongkok untuk menjamu para pemimpin asing atau bersantai sejak zaman Mao Zedong. Kim Il Sung, kakek Kim Jong Un, juga berkali-kali mengunjungi pulau itu. Lokasi ini juga menjadi latar belakang ‘diplomasi jalan-jalan’ yang dilakukan Ketua Kim dan Presiden Xi.

Pada saat KTT berlangsung, media China, CCTV berulang kali menayangkan adegan kedua pemimpin berjalan-jalan di pantai Pulau Bangchui. Menurut Kantor Berita Pusat Korea, Ketua Kim menggambarkan hubungan Korea Utara-Tiongkok sebagai “masa kejayaan baru” dan “satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan” yang ditanggapi oleh Presiden Xi, “kedua negara adalah mitra yang ditakdirkan, terikat oleh hubungan kesetiaan yang tidak berubah. .”

Dengan latar belakang tersebut, sejumlah pihak memandang hilangnya jejak penghormatan dan penutupan ruang pameran sebagai indikasi gejolak dalam hubungan kedua negara.

Faktanya, baru-baru ini, Kementerian Luar Negeri Korea Utara menunjukkan sikap yang tidak biasa dengan mengeluarkan pernyataan yang mengkritik China bersama Korea Selatan dan Jepang segera setelah pertemuan puncak trilateral pada tanggal 27 Mei. Pada hari yang sama, Korea Utara meluncurkan satelit pengintaian militer. Hal ini dapat diartikan sebagai ekspresi jelas ketidakpuasan Kim terhadap China.

Sumber-sumber diplomatik lainnya mengatakan, meskipun tahun ini merupakan tahun ke-75 hubungan diplomatik Korea Utara dan Tiongkok, namun Korea Utara tampaknya melihat sikap Tiongkok sangat tidak fleksibel.

Juga disebutkan, meskipun dalam peringatan 75 tahun hubungan kedua negara bulan April lalu China mengirimkan Zhao Leji yang merupakan pejabat tertinggi ketiga, namun Korea Utara tidak puas karena kunjungannya tidak memberikan hadiah apa pun. rmol.id


Populer

KPK Kembali Periksa Pramugari Jet Pribadi

Jumat, 28 Februari 2025 | 14:59

Emak-emak Antarkan Tahanan "Jokowi dan Iriana" ke KPK

Rabu, 26 Februari 2025 | 16:17

Sesuai Perintah Prabowo, KPK Harus Usut Mafia Bawang Putih

Minggu, 02 Maret 2025 | 17:41

Digugat CMNP, Hary Tanoe dan MNC Holding Terancam Bangkrut?

Selasa, 04 Maret 2025 | 01:51

Lolos Seleksi TNI AD Secara Gratis, Puluhan Warga Datangi Kodim Banjarnegara

Minggu, 02 Maret 2025 | 05:18

CMNP Minta Pengadilan Sita Jaminan Harta Hary Tanoe

Selasa, 04 Maret 2025 | 03:55

KPK Terus Didesak Periksa Ganjar Pranowo dan Agun Gunandjar

Jumat, 28 Februari 2025 | 17:13

UPDATE

KSAL Beberkan Kondisi Keamanan Maritim Indo-Pasifik di Forum Internasional

Minggu, 09 Maret 2025 | 05:35

Oplos Theory

Minggu, 09 Maret 2025 | 05:05

Kasus Kerusakan Lingkungan oleh Freeport Harus Diungkap Lagi

Minggu, 09 Maret 2025 | 04:45

Telkom Berikan Solusi Teknologi Tingkatkan Layanan Rumah Sakit

Minggu, 09 Maret 2025 | 04:15

PHK dan Kepemilikan Saham Pekerja

Minggu, 09 Maret 2025 | 03:57

Rocky Gerung: Prabowo Ada di Suasana Penuh Ketidakpastian

Minggu, 09 Maret 2025 | 03:33

Fokus ke Sukuk, BPKH Hindari Investasi Berisiko

Minggu, 09 Maret 2025 | 03:09

Arief Poyuono: Pemerintahan Prabowo Tidak Mungkin Digulingkan

Minggu, 09 Maret 2025 | 02:52

Kinerja Kejagung Usut Korupsi BBM Oplosan Menuai Kritik

Minggu, 09 Maret 2025 | 02:30

PSN N219 Amfibi Penuhi Kebutuhan Negara Kepulauan

Minggu, 09 Maret 2025 | 02:16

Selengkapnya