Berita

Ilustrasi/Net

Bisnis

Ketum PHRI: Tak Ada Produk Multinasional di Indonesia yang Terafiliasi Israel

SELASA, 11 JUNI 2024 | 21:32 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Hingga saat ini, tidak ada produk multinasional di Indonesia yang terafiliasi Israel. Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Haryadi Sukamdani, dalam pernyataannya baru-baru ini.

Menurutnya, hal tersebut telah dikonfirmasi kepada para pemegang merek yang menjual produk-produk tersebut di Indonesia. Dia juga meminta pemerintah segera bersuara mengklarifikasi kepada masyarakat terkait benar tidaknya ada produk-produk terafiliasi Israel itu.  
 

“Kami telah informasikan kepada para pemegang merek  yang menjual produk-produk yang disebut-sebut terafiliasi Israel itu, dan saya tidak menemukan bahwa dari mereka itu terafiliasi dengan Israel,” ujarnya, dikutip Selasa (11/6).
 
Karenanya, dia menyatakan keprihatinannya terhadap boikot yang dilakukan masyarakat Indonesia terhadap produk-produk mereka.

“Sebagai Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia, saya ikut prihatin,” ucapnya.
 
PHRI telah menyarankan kepada masing-masing brand untuk mensosialisasikan kepada masyarakat bahwa mereka tidak terafiliasi dengan Israel. Tapi, lanjutnya, berita-berita boikot di masyarakat saat ini membuat klarifikasi yang mereka sampaikan menjadi tenggelam.
 
“Sebetulnya kepada masing-masing brand sudah kami minta untuk mereka mensosialisasikan ketidakterkaitan mereka dengan Israel. Tetapi, berita-berita yang terkait dengan masalah klarifikasi ini kelihatannya tenggelam dengan berita-berita yang lebih menyudutkan mereka,” tukasnya.
 
Menurut Haryadi, Starbucks, salah satu restoran yang disebut-sebut masyarakat terafiliasi Israel, ternyata mereka memberikan bantuan kemanusiaaan ke Gaza.

“Saya datangi Starbucks. Ternyata, mereka itu malah memberikan bantuan kemanusiaan ke Gaza. Dia bantu Rp 5 miliar pas bertepatan dengan ulang tahun mereka,” tutur Haryadi.
 
Jadi, menurutnya, masyarakat semestinya harus bisa memilah mana berita yang benar dan tidak. Masyarakat bisa mengecek bagaimana keberadaaan dari perusahaan-perusahaan yang disebut-sebut sebagai terafiliasi Israel dan bagaimana sikap mereka terhadap Palestina.

Pada kenyataannya, mereka sebagai perusahaan multinasional, tidak terafiliasi dengan ideologi politik tertentu.

“Nah, ini yang mesti diklarifikasi. Yang saya lihat dan kebetulan apesnya itu adalah yang merupakan perusahaan Amerika. Tapi, kan tidak korporasinya, apalagi mereka beroperasi di berbagai negara. Mereka itu juga beroperasi di negara-negara yang masih berkonflik, negara-negara di Timur Tengah kok,” ungkapnya.
 
Sekali lagi ia menegaskan agar masyarakat jangan tergesa-gesa dan harus memilah. Karena, jika tidak, masyarakat Indonesia akan banyak yang terkena PHK karena dampak dari boikot tersebut.

Dia juga meminta pemerintah agar mau bersuara untuk menyampaikan kepada masyarakat bahwa perusahaan-perusahaan multinasional yang ada di Indonesia itu sama sekali tidak terafiliasi dengan Israel.  
 
“Memang harus pemerintah yang menyampaikan hal itu kepada masyarakat. Kita juga sudah minta kepada pemerintah untuk mengklarifikasinya. Tapi, sampai sekarang belum ada pernyataan resmi dari pemerintah terkait produk-produk yang dituding terafiliasi Israel itu,” ujarnya.
 
Dia mengatakan pemerintah juga harus segera melakukan dialog sosial dengan masyarakat untuk mendiskusikan terkait produk-produk terafiliasi Israel ini.

“Ini penting agar masyarakat bisa paham bahwa perusahaan-perusahaan multinasional di Indonesia itu memang melakukan bisnisnya secara profesional,” ucapnya.

Populer

Jaksa Agung Tidak Jujur, Jam Tangan Breitling Limited Edition Tidak Masuk LHKPN

Kamis, 21 November 2024 | 08:14

MUI Imbau Umat Islam Tak Pilih Pemimpin Pendukung Dinasti Politik

Jumat, 22 November 2024 | 09:27

Kejagung Periksa OC Kaligis serta Anak-Istri Zarof Ricar

Selasa, 26 November 2024 | 00:21

Rusia Siap Bombardir Ukraina dengan Rudal Hipersonik Oreshnik, Harga Minyak Langsung Naik

Sabtu, 23 November 2024 | 07:41

Ini Identitas 8 Orang yang Terjaring OTT KPK di Bengkulu

Minggu, 24 November 2024 | 16:14

Sikap Jokowi Munculkan Potensi konflik di Pilkada Jateng dan Jakarta

Senin, 25 November 2024 | 18:57

Legislator PKS Soroti Deindustrialisasi Jadi Mimpi Buruk Industri

Rabu, 20 November 2024 | 13:30

UPDATE

Jokowi Tak Serius Dukung RK-Suswono

Jumat, 29 November 2024 | 08:08

Ferdian Dwi Purwoko Tetap jadi Kesatria

Jumat, 29 November 2024 | 06:52

Pergantian Manajer Bikin Kantong Man United Terkuras Rp430 Miliar

Jumat, 29 November 2024 | 06:36

Perolehan Suara Tak Sesuai Harapan, Andika-Hendi: Kami Mohon Maaf

Jumat, 29 November 2024 | 06:18

Kita Bangsa Dermawan

Jumat, 29 November 2024 | 06:12

Pemerintah Beri Sinyal Lanjutkan Subsidi, Harga EV Diprediksi Tetap Kompetitif

Jumat, 29 November 2024 | 05:59

PDIP Akan Gugat Hasil Pilgub Banten, Tim Andra Soni: Enggak Masalah

Jumat, 29 November 2024 | 05:46

Sejumlah Petahana Tumbang di Pilkada Lampung, Pengamat: Masyarakat Ingin Perubahan

Jumat, 29 November 2024 | 05:31

Tim Hukum Mualem-Dek Fadh Tak Gentar dengan Gugatan Paslon 01

Jumat, 29 November 2024 | 05:15

Partisipasi Pemilih Hanya 55 Persen, KPU Kota Bekasi Dinilai Gagal

Jumat, 29 November 2024 | 04:56

Selengkapnya