PILKADA Serentak dijadwalkan berlangsung pada 27 November 2024. Tercatat kurang lebih 545 daerah di Indonesia akan ikut berlaga dalam pertarungan perebutan kekuasaan. Rinciaannya 37 provinsi, 415 kabupaten, dan 93 kota.
Salah strategi untuk merebut kemenangan dalam pilkada adalah melakukan berbagai strategi. Di antaranya yang sudah tidak asing lagi yakni politik pencitraan.
Politik ini sudah biasa diperagakan para politikus di negeri ini saat pesta demokrasi 5 tahun dihelat. Penyakit ini pun menular ke para bakal calon kandidat, yang akan bertarung dalam perebutan kekuasaan.
Untuk menjadi raja di daerah, maka strategi politik pencitraan perlu diterapkan.
Politik ini bertujuan membentuk citra positif di tengah masyarakat, menggiring opini publik, dengan target meraup suara elektoral. Jalurnya dapat melalui kerjasama dengan media
mainstream (televisi, online, cetak, dan radio).
Atau memanfaatkan beragam media sosial. Baik itu Facebook, X, Instagram, Whatsapp, YouTube, Tiktok, dll. Terkait langkah langkah strategi yang bisa dilakukan para calon kepala daerah alias cakada dalam membangun image positif di masyarakat antara lain :
1. Memanfaatkan Media Massa
Media massa memiliki peran yang penting dan vital dalam mengkampanyekan citra seseorang. Kehadiran media televisi, media online, surat kabar, radio berpengaruh dalam membangun opini di masyarakat.
Percuma 1.000 kegiatan besar yang dilakukan oleh kandidat, jika tidak diekspos oleh pers. Karena konsumsi informasi itu baru sebatas dinikmati oleh internal dan lingkungan masyarakat sekitar.
Berdasarkan UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers, media massa berfungsi untuk menginformasikan, mendidik, menghibur, dan pengawasan sosial (social control) pengawas publik dan kontrol penguasa.
Karena pers salah satu pilar keempat demokrasi, setelah eksekutif, legislatif, yudikatif dan pers. Kehadiran pers masih sangat dibutuhkan di tengah kehidupan masyarakat, untuk memberantas berita hoaks (bohong) yang kian menjamur.
Terlebih di tengah perkembangan zaman yang kian dinamis, profesionalitas dan kapasitas kerja kerja jurnalis, dan organisasi media, menjadi sangat penting untuk dikembangkan secara serius dan berkelanjutan.
Selain itu pula, dari hasil survei IPS di tahun 2022 memperlihatkan tingkat kepercayaan masyarakat secara umum terhadap media mainstream masih lebih tinggi dibanding media sosial.
Mayoritas publik dalam survei itu sangat percaya pada media formal, TV, media online, koran radio, dibandingkan dengan media sosial (medsos). Hal ini sangat beralasan sebab wartawan itu bekerja sesuai dengan UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik yang menjadi pedoman kerjanya.
Selain itu pula, hasil survei menunjukan sebanyak 74,4 persen masyarakat percaya pada media formal, sementara tingkat kepercayaan pada media sosial sebesar 12,7 persen.
Meskipun di sini perilaku masyarakat dalam mengakses media mainstream seringkali tidak secara rampung melalui platform-platform digital.
Maka para kandidat wajib hukummya memanfaatkan media ini untuk menyampaikan pesan-pesan penting, melakukan wawancara, dan mengadakan diskusi publik
2. Penggunaan Media Sosial Secara Efektif dan MassifPenggunaan media sosial saat terbilang efektif dalam membangun citra positif. Kandidat harus aktif di platform seperti Facebook, Instagram, X, TikTok, dll untuk berinteraksi dengan pemilih.
Mengapa penggunaan medsos begitu penting. Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), jumlah pengguna internet Indonesia tahun 2024 mencapai 221.563.479 jiwa dari total populasi 278.696.200 jiwa penduduk Indonesia tahun 2023.
Bahkan dari hasil survei penetrasi internet Indonesia 2024 yang dirilis APJII, maka tingkat penetrasi internet Indonesia menyentuh angka 79,5 persen. Dibandingkan dengan periode sebelumnya, maka ada peningkatan 1,4 persen.
Berdasarkan gender, kontribusi penetrasi internet Indonesia banyak bersumber dari laki-laki 50,7 persen dan perempuan 49,1 persen.
Sementara dari segi umur, orang yang berselancar di dunia maya ini mayoritas adalah Gen Z (kelahiran 1997-2012) sebanyak 34,40 persen. Lalu, berusia generasi milenial (kelahiran 1981-1996) sebanyak 30,62 persen.
Kemudian berikutnya, Gen X (kelahiran 1965-1980) sebanyak 18,98 persen, Post Gen Z (kelahiran kurang dari 2023) sebanyak 9,17 persen, baby boomers (kelahiran 1946-1964) sebanyak 6,58% dan pre boomer (kelahiran 1945 sebanyak 0,24 persen.
Sedangkan tingkat penetrasi pengguna internet berdasarkan wilayahnya, APJII menemukan daerah urban masih paling besar dengan kontribusi 69,5 persen dan daerah rural kontribusi 30,5 persen.
Kesimpulannya, terhitung sejak 2018, penetrasi internet Indonesia mencapai 64,8 persen. Kemudian secara berurutan, 73,7 persen di 2020, 77,01 persen di 2022, dan 78,19 persen di 2023. Data semua itu diambil dari laman resmi APJII.
Pemanfaatan medsos juga akan jauh lebih efektif dan berdampak, jika dalam pembuatan kontennya itu unik, kreatif, menarik serta relevan dengan kondisi masyarakat. Sehingga ketika para kandidat memaparkan visi dan misi atau program kerja akan mengena di hati. Apalagi sembari merespon isu-isu yang sedang hangat di daerahnya masing masing.
3. Menggandeng Influencer dan Tokoh Masyarakat untuk Jadi TimsesMenggandeng influencer merupakan salah satu strategi yang efektif dalam membangun citra positif di Pilkada Serentak 2024. Influencer di media sosial dan tokoh masyarakat, memiliki pengaruh besar dalam membantu kandidat meraup dukungan pemilih yang lebih luas. Agar tidak sembarangan ada beberapa langkah strategi dalam menggandeng influencer.
Antara lain mengidentifikasi influencer yang memiliki audiens yang sesuai dengan target pemilih. Influencer ini bisa berasal dari berbagai tokoh seperti politik, budaya, olahraga, pendidikan, dan lain-lain. Pastikan influencer yang dipilih memiliki reputasi baik dan nilai-nilai yang sejalan dengan visi dan misi kandidat. Influencer memiliki kekuatan untuk mempengaruhi opini publik dan dapat menjadi aset berharga dalam kampanye politik.
Selain itu pula, perlu dibangun yang emosional yang kuat, dan tidak hanya berbasis transaksi. Kandidat harus menunjukkan ketulusan dalam bersinergi ini, untuk terlibat langsung dalam diskusi, kegiatan sosial dan kampanye bersama. Sehingga tercipta hubungan yang harmonis dan tulus di mata publik.
Diharapkan nantinya Influencer dapat membantu menyebarkan pesan kampanye melalui platform mereka, yang memilikinya jangkauan luas dan pengikut yang banyak.
Tak lupa para influencer pun harus memberikan testimoni dan dukungan publik untuk meningkatkan kredibilitas kandidat.
Testimoni ini bisa berupa postingan di media sosial, artikel blog, atau video pendek yang mengungkapkan dukungan mereka terhadap kandidat.
Testimoni dari tokoh masyarakat, juga sangat membantu memperkuat brand pribadi kandidat. Dukungan publik ini memberikan validasi tambahan dan meningkatkan kredibilitas di mata pemilih.
Jangan lupa pula, melakukan monitoring dan evaluasi (monev) hasil kolaborasi dengan influencer. Analisis data engagement, reach, dan feedback dari audiens dapat membantu kandidat memahami efektivitas strategi ini dan membuat penyesuaian jika diperlukan.
Dengan menggandeng influencer yang tepat dan menjalankan strategi yang terencana, kandidat dapat memperluas jangkauan kampanye, meningkatkan popularitas, dan membangun citra positif yang kuat menjelang Pilkada Serentak 2024.
4. Membangun Brand PribadiMembangun
brand pribadi adalah salah satu strategi penting untuk menciptakan citra positif dan menonjolkan kepribadian unik seorang kandidat. Brand pribadi yang kuat membantu kandidat membedakan diri dari pesaing dan memperkuat kepercayaan publik. Ini juga bisa dicapai melalui penampilan yang baik, sikap yang ramah, dan pesan yang jelas. Kandidat harus menunjukkan kepemimpinan yang kuat, integritas, dan komitmen kepada masyarakat.
Setiap kandidat harus memiliki identitas yang jelas dan nilai-nilai inti yang ingin disampaikan kepada publik. Nilai-nilai ini itu harus mencerminkan kepribadian, prinsip, dan komitmen kandidat terhadap isu-isu tertentu. Misalnya, nilai-nilai seperti integritas, transparansi, keadilan, dan kepedulian sosial harus terlihat dalam semua aspek kampanye.
Pesan yang disampaikan kepada publik harus konsisten dan relevan dengan identitas dan nilai inti kandidat. Termasuk slogan kampanye, visi dan misi, serta tanggapan terhadap isu-isu penting. Konsistensi ini membantu menciptakan citra yang kohesif dan mudah diingat oleh pemilih.
Penampilan yang profesional dan konsisten juga akan membantu memperkuat brand pribadi di mata publik. Termasuk kandidat harus terlibat dalam kegiatan sosial, program kemanusiaan, dan inisiatif komunitas yang relevan dengan nilai-nilai mereka. Tindakan nyata ini akan memperkuat citra positif dan kepercayaan publik.
Kesimpulannya, dengan menerapkan strategi-strategi ini, para calon kandidat diharapkan dapat membangun citra positif yang kuat dan memenangkan hati pemilih dalam Pilkada Serentak 2024. Apalagi di era digital ini, kesadaran akan pentingnya citra positif dan strategi pencitraan yang tepat menjadi kunci sukses dalam meraih kemenangan di Pilkada Serentak 2024.
Tulisan ini pun masih sifatnya umum dan dibuat berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan belajar dari politisi saat berdiskusi ringan. Dan dipadukan dengan literatur bacaan dari berbagai sumber terpercaya. Jadi bukan strategi mutlak yang harus dijadikan pengangan. Hanya sebagai gambaran umum, bagi para calon yang ingin memenangkan peperangan di Pilkada Serentak 2024.
Namun penulis pun menyakini, bahwa hal ini pun secara tidak langsung sudah diterapkan bagi para calon yang telah menang di Pemilu, di Pilkada baik Gubernur maupun bupati dan Wali Kota terpilih. Ia bisa mendapatkannya strategi ini dari hasil arahan dari para konsultan politiknya.
Terakhir, semoga tulisan ini sedikitnya bisa memberikan manfaat dan pencerahan bagi yang baru terjun ke dunia politik yang penuh dengan intrik ini. Semoga.
*Penulis adalah Pengurus Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Majalengka