Berita

Potongan gambar dari video di media sosial yang menunjukkan penduduk setempat mengeluarkan jenazah yang terkubur di bawah batu dan pohon di desa terpencil Kaokalam di provinsi Enga, Papua Nugini, pada Jumat, 24 Mei 2024/Net

Dunia

2.000 Orang Terkubur Hidup-hidup akibat Tanah Longsor di Papua Nugini

SENIN, 27 MEI 2024 | 16:58 WIB | LAPORAN: HANI FATUNNISA

Lebih dari 2.000 orang terkubur hidup-hidup di bawah longsoran tanah di desa terpencil Mulitaka di wilayah Maip Mulitaka, di Provinsi Enga, Papua Nugini pada Minggu (26/5).

Menurut laporan pusat bencana nasional Papua Nugini kepada kantor PBB di ibu kota Port Moresby, longsoran tersebut menghancurkan bangunan rumah warga, kebun dan memakan ribuan korban jiwa.

“Longsor mengubur lebih dari 2.000 orang hidup-hidup dan menyebabkan kerusakan besar,” bunyi laporan tersebut, seperti dimuat AFP.


Longsor yang berasal dari runtuhan Gunung Mungalo itu pertama terjadi di Provinsi Enga pada Jumat (24/5).

Pada Senin pagi (27/5), jalan raya menuju Tambang Porgera sepenuhnya diblokir karena kondisi lokasi bencana yang tidak stabil.

“Situasinya masih tidak stabil karena tanah longsor terus bergeser secara perlahan, sehingga menimbulkan bahaya bagi tim penyelamat dan para penyintas," ungkap pusat bencana.

Direktur CARE International Papua Nugini Justine McMahon memperkirakan korban terdampak longsor sebanyak 4.000 orang.

Namun sulit untuk mendapatkan perkiraan akurat mengenai jumlah penduduk setempat karena sensus terakhir yang dilakukan Papua Nugini adalah pada tahun 2000 dan banyak orang tinggal di desa-desa pegunungan terpencil.

Papua Nugini baru-baru ini mengumumkan sensus akan dilakukan pada tahun 2024.

Medan yang tidak stabil, lokasi terpencil dan peperangan antar suku di dekatnya menghambat upaya bantuan di Papua Nugini.

Rekaman media sosial yang diposting oleh penduduk desa dan tim media lokal menunjukkan orang-orang memanjat batu, menggali dengan sekop, tongkat, dan tangan kosong untuk menemukan korban selamat.

Enam jenazah telah ditemukan sejauh ini. PBB mengatakan jumlah kemungkinan kematian bisa berubah karena upaya penyelamatan diperkirakan akan terus berlanjut selama berhari-hari.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

UPDATE

DAMRI dan Mantan Jaksa KPK Berhasil Selamatkan Piutang dari BUMD Bekasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:12

Oggy Kosasih Tersangka Baru Korupsi Aluminium Alloy Inalum

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:09

Gotong Royong Penting untuk Bangkitkan Wilayah Terdampak Bencana

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:08

Wamenkum: Restorative Justice Bisa Diterapkan Sejak Penyelidikan hingga Penuntutan

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:04

BNI Siapkan Rp19,51 Triliun Tunai Hadapi Libur Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:58

Gus Dur Pernah Menangis Melihat Kerusakan Moral PBNU

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:57

Sinergi Lintas Institusi Perkuat Ekosistem Koperasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:38

Wamenkum: Pengaturan SKCK dalam KUHP dan KUHAP Baru Tak Halangi Eks Napi Kembali ke Masyarakat

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Baret ICMI Serahkan Starlink ke TNI di Bener Meriah Setelah 15 Jam Tempuh Medan Ekstrim

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Pemerintah Siapkan Paket Diskon Transportasi Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:31

Selengkapnya