Presiden terpilih Prabowo Subianto/Net
Dalam memimpin Indonesia, Prabowo Subianto yang akan dilantik sebagai Presiden ke-8 Indonesia pada 20 Oktober 2024, diperkirakan akan memadukan tiga model kepemimpinan presiden Indonesia, yakni Soekarno, Soeharto, dan Joko Widodo alias Jokowi.
"Prabowo sepertinya mampu menggabungkan karakteristik dan pendekatan dari masing-masing pemimpin ini dalam gaya kepemimpinannya," kata Ketua Himpunan Masyarakat Nusantara (Hasrat) Sugiyanto dikutip Sabtu (25/5).
Seperti Soekarno, Prabowo memiliki kemampuan retorika yang kuat dan mampu menginspirasi massa dengan pidato-pidatonya yang berapi-api.
"Prabowo jago berpidato dan menunjukkan komitmen terhadap nilai-nilai kebangsaan serta memiliki visi besar untuk kemajuan Indonesia, mirip dengan Soekarno," kata Sugiyanto.
Dari Soeharto, Prabowo sepertinya akan mengadopsi pendekatan yang berfokus pada stabilitas dan keamanan.
Selama Orde Baru, Soeharto dikenal dengan kepemimpinan yang kuat dan tegas dalam menjaga stabilitas politik dan keamanan negara.
"Prabowo dengan latar belakang militer yang kuat, kemungkinan juga akan menekankan pentingnya ketertiban dan keamanan sebagai fondasi untuk pembangunan nasional," kata Sugiyanto.
Sementara itu, dari Jokowi, Prabowo belajar tentang pentingnya pendekatan yang lebih dekat dengan rakyat dan pembangunan infrastruktur yang masif.
Jokowi dikenal dengan gaya kepemimpinannya yang merakyat dan fokus pada pembangunan infrastruktur di seluruh Indonesia.
Dalam hal ini, Prabowo juga kemungkinan akan mempraktikkan gaya kepemimpinan yang menunjukkan kepekaan terhadap aspirasi masyarakat dan pentingnya pembangunan infrastruktur sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi.
"Jika Prabowo menggabungkan elemen-elemen dari ketiga gaya kepemimpinan tersebut, maka akan melahirkan pendekatan yang unik dalam memimpin," kata Sugiyanto.
Dengan mengintegrasikan elemen-elemen terbaik dari ketiga pemimpin tersebut, termasuk mantan presiden lainnya, Prabowo berpotensi membawa Indonesia ke arah yang lebih baik.
"Menggabungkan semangat nasionalisme, stabilitas, dan pembangunan yang merata," demikian Sugiyanto.