Gelaran World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali pada 18 sampai 25 Mei 2024/Ist
Gelaran World Water Forum (WWF) ke-10 yang akan berlangsung pada 18 sampai 25 Mei 2024 dinilai cocok dengan kebudayaan di Bali.
Menurut Ketua Forum Alumni Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI) Bali, I Ketut Sae Tanju, selama ini kebudayaan Bali selalu tidak lepas dari air, bahkan agama Hindu sering disebut "Agama Tirta".
Maka dari itu, pihaknya berharap Bali bisa sukses menjadi tuan rumah WWF ke-10 yang mengusung tema “Air untuk Kesejahteraan Bersama” di mata dunia internasional.
Selain memberi dampak positif bagi pariwisata, I Ketut Sae Tanju berharap masyarakat Bali bisa belajar bersama tentang air dan pengelolaannya dalam forum tersebut.
“Artinya ada dampak langsung dan dampak tidak langsung. Terutama di sektor pariwisata, seperti sektor industri pengolahan makanan dan minuman, perdagangan, transportasi udara, laut dan darat, perhotelan, serta jasa lain," jelas I Ketut Sae Tanju dalam keterangan tertulisnya, Rabu (15/5).
Selain sebagai wadah pembelajaran, WWF ke-10 itu juga diharapkan berdampak positif bagi perekonomian dalam negeri, khususnya Bali.
“Kami yakin pemerintah pusat maupun pemerintah daerah siap memberikan yang terbaik agar para delegasi mendapatkan pengalaman pariwisata yang berkesan, berkualitas, dan berkelanjutan demi meningkatnya pariwisata Bali," sambungnya.
Sementara itu, Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI, Fadli Zon menyebut gelaran tersebut akan menghadirkan lebih dari 50 parlemen dari berbagai negara.
Fadli Zon menerangkan, pertemuan parlemen itu mengusung tema “Memobilisasi Aksi Parlemen Mengenai Air untuk Kesejahteraan Bersama”. Namun demikian, pembahasan tidak melulu mengenai persoalan isu air saja.
“Jadi ada kelompok pemerintah, parlemen, dan
civil society. Pendekatannya nanti
multistakeholders. Tentu, partisipasi (masyarakat sipil) itu sudah pasti, justru
core-nya ada di
civil society ya,” kata Fadli Zon, Selasa kemarin (14/5).