Berita

Stellantis/Net

Otomotif

Tekan Pengeluaran, Stellantis Perbanyak Pekerja dari Maroko, India dan Brasil

SENIN, 06 MEI 2024 | 11:39 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Di tengah persaingan ketat dan melambatnya permintaan, produsen kendaraan Stellantis saat ini fokus mengembangkan produksi mobil mereka di pabriknya di luar negeri. Mereka merekrut tenaga kerja tekniknya di negara-negara seperti Maroko, India, dan Brasil.

Hal ini dilakukan perusahaan pembuat SUV Jeep, Opel Corsas, dan minivan Chrysler untuk mengakali tingginya upah yang harus di bayar kepada pekerja.

Mereka mempekerjakan karyawan di negara-negara tersebut dengan bayaran yang lebih murah dibandingkan gaji yang dibayarkan kepada orang Amerika atau Eropa untuk melakukan pekerjaan yang sama.

Bloomberg melaporkan, orang-orang yang mengetahui masalah tersebut mengatakan Stellantis sedang merekrut insinyur yang biaya per karyawannya serkisar 50.000 euro, atau setara dengan Rp852,4 juta, per tahun.

Biaya tenaga kerja di kota-kota besar seperti Paris dan Detroit bisa mencapai lima kali lipat dari biaya tersebut.

Produsen mobil di negara-negara Barat merasakan tekanan akibat melambatnya permintaan kendaraan listrik sementara mereka berjuang untuk memproduksi kendaraan yang lebih terjangkau.  

Produsen termasuk Tesla dan Volkswagen bahkan harus mengurangi karyawan dan memindahkan sebagian produksi ke tempat yang lebih murah.  

Meskipun tekanan terbesar terjadi pada merek-merek pasar massal, produsen mobil premium seperti BMW AG juga menambah pekerjaan kerah putih di India dan negara lain untuk memanfaatkan talenta lokal.

"Stellantis saat ini termasuk salah satu perusahaan yang lebih agresif dan kini bertujuan untuk menempatkan sekitar dua pertiga insinyur perusahaannya di negara-negara berbiaya rendah dalam jangka panjang," kata sumber yang tidak ingin disebutkan namanya.

Setelah presentasi pendapatan kuartal pertama minggu ini, saham Stellantis merosot 10,5 persen, penurunan terbesar dalam empat tahun, setelah Chief Financial Officer Natalie Knight mengatakan keuntungan di Eropa dipengaruhi oleh menurunnya permintaan.

“Selalu ada potensi yang lebih besar dalam hal disiplin biaya,” kata Knight.  

“Kami akan terus mengoptimalkan biaya tenaga kerja – hal ini merupakan sesuatu yang penting baik bagi pekerja kerah putih maupun, pada tingkat lebih rendah, bagi pekerja kerah biru," ujarnya.

Populer

KPK Kembali Periksa Pramugari Jet Pribadi

Jumat, 28 Februari 2025 | 14:59

Sesuai Perintah Prabowo, KPK Harus Usut Mafia Bawang Putih

Minggu, 02 Maret 2025 | 17:41

Digugat CMNP, Hary Tanoe dan MNC Holding Terancam Bangkrut?

Selasa, 04 Maret 2025 | 01:51

Lolos Seleksi TNI AD Secara Gratis, Puluhan Warga Datangi Kodim Banjarnegara

Minggu, 02 Maret 2025 | 05:18

CMNP Minta Pengadilan Sita Jaminan Harta Hary Tanoe

Selasa, 04 Maret 2025 | 03:55

KPK Terus Didesak Periksa Ganjar Pranowo dan Agun Gunandjar

Jumat, 28 Februari 2025 | 17:13

Bos Sritex Ungkap Permendag 8/2024 Bikin Industri Tekstil Mati

Senin, 03 Maret 2025 | 21:17

UPDATE

BRI Salurkan KUR Rp27,72 Triliun dalam 2 Bulan

Senin, 10 Maret 2025 | 11:38

Badai Alfred Mengamuk di Queensland, Ribuan Rumah Gelap Gulita

Senin, 10 Maret 2025 | 11:38

DPR Cek Kesiapan Anggaran PSU Pilkada 2025

Senin, 10 Maret 2025 | 11:36

Rupiah Loyo ke Rp16.300 Hari Ini

Senin, 10 Maret 2025 | 11:24

Elon Musk: AS Harus Keluar dari NATO Supaya Berhenti Biayai Keamanan Eropa

Senin, 10 Maret 2025 | 11:22

Presiden Prabowo Diharapkan Jamu 38 Bhikkhu Thudong

Senin, 10 Maret 2025 | 11:19

Harga Emas Antam Merangkak Naik, Cek Daftar Lengkapnya

Senin, 10 Maret 2025 | 11:16

Polisi Harus Usut Tuntas Korupsi Isi MinyaKita

Senin, 10 Maret 2025 | 11:08

Pasar Minyak Masih Terdampak Kebijakan Tarif AS, Harga Turun di Senin Pagi

Senin, 10 Maret 2025 | 11:06

Lebaran di Jakarta Tetap Seru Meski Ditinggal Pemudik

Senin, 10 Maret 2025 | 10:50

Selengkapnya