Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif/RMOL
Harga minyak dunia yang berpotensi melonjak di atas 1 dolar AS imbas dari perang Iran-Israel disinyalir akan menyebabkan anggaran subsidi dalam negeri membengkak hingga Rp4 triliun.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan kondisi yang memanas di Timur Tengah itu diprediksi dapat mengganggu rantai pasok minyak dunia.
"Wah kalau harga minyak naik 1 dolar AS itu (anggaran subsidi energi) bisa naik sekitar Rp3,5 triliun-Rp4 triliun untuk kompensasi dan subsidi," kata Arifin, dikutip Kamis (18/4).
Menurutnya, kenaikan anggaran subsidi itu akan lebih tinggi lagi jika rupiah terus melemah terhadap dolar AS, yang saat ini bertengger di posisi Rp16.220 per dolar AS pada penutupan perdagangan Rabu (17/4).
Arifin menilai kenaikan anggaran subsidi memang sulit dikendalikan, karena semuanya tergantung pada harga minyak dunia hingga nilai tukar (kurs) dolar AS.
"Jangan sampai eskalasi berkelanjutan makanya semua negara-negara berupaya supaya jangan terjadi eskalasi berkelanjutan," tegas Arifin.
Lebih lanjut, menteri ESDM itu pun mengingatkan untuk terus menghemat energi sesuai dengan instruksi langsung dari Presiden Joko Widodo (Jokowi), yang meminta para menteri mengantisipasi dampak dari serangan Iran terhadap Israel.
"Makanya kita harus hemat energi, efisiensi energi ini harus terus dicanangkan dikerjakan dan diprogramkan," kata dia.
"Kita harus antisipasi ini melihat skenario yang mungkin terjadi, mengambil alternatif untuk bisa meredam," sambungnya.
Sebagai informasi, pemerintah secara keseluruhan mengalokasikan anggaran subsidi energi di 2024 sebesar Rp189,1 triliun. Anggaran ini mencakup subsidi Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu (JBT), LPG Tabung 3 Kg dan Listrik.
Namun saat ini, harga minyak dunia sendiri terpantau turun pada perdagangan Kamis (18/4). Mengutip Reuters, harga minyak Brent untuk bulan Juni turun 3 persen, sebesar 2,73 dolar AS di posisi 87,29 dolar AS (Rp1.414.294) per barel.
Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk bulan Mei juga tercatat turun 3,1 persen, sebesar 2,67 dolar AS atau 82,69 dolar AS (Rp1.339.764) per barel. Penurunan ini menjadi yang terbesar sejak 20 Maret lalu.
Kekhawatiran melonjaknya harga minyak ini terjadi setelah Iran dan Israel terus mengancam saling serang usai Teheran meluncurkan 300 rudal dan drone ke Israel pada Sabtu (13/4).
Tindakan itu dipicu ulah Israel yang membombardir kedutaan besar Iran di Suriah pada 1 April lalu, sehingga menewaskan tujuh Garda Revolusi Iran; dua komandan militer senior dan lima petugas Iran lainnya.