Prabowo Subianto dan Surya Paloh dalam satu kesempatan pertemuan di Hambalang/RMOL
Desas-desus Partai Nasional Demokrat (Nasdem) akan mendapat dua kursi menteri, jika Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka resmi dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden 2024/2029, dianggap belum cukup menggiurkan.
Pengamat politik dari Citra Institute, Efriza menerangkan, Nasdem punya daya tawar yang mahal untuk diajak bergabung ke dalam pemerintahan hasil Pemilu 2024, apabila melihat rekam jejaknya selama dua periode pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Meskipun, menurut Efriza dalam kontestasi Pilpres 2024 Nasdem mengusung Anies Baswedan yang berbeda haluan dengan Presiden Joko Widodo.
"Alasan Nasdem menjadi oposisi juga tidak jelas. Toh Anies bukan kadernya, Anies juga non-partai, Nasdem juga bagian pemerintahan," ujar Efriza kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (14/3).
"Prabowo dan Jokowi juga melihat Nasdem memang loyal selama bersama di pemerintahan, sehingga memungkinkan Nasdem pindah haluan. Hanya saja, sikap Nasdem diyakini tak secepat kilat," sambungnya.
Di samping itu, dosen ilmu pemerintahan dari Universitas Pamulang itu memandang, perubahan sikap Nasdem yang tidak lagi ngotot menggulirkan hak angket DPR, dinilai sebagai sinyal atau strategi agar digoda merapat ke barisan koalisi pemerintahan kelak.
Sehingga, Efriza meyakini pasangan Prabowo-Gibran mesti menyodorkan hal-hal yang bisa membuat Nasdem dan sang ketua umum Surya Paloh menjadi mau bergabung dengan koalisi pemerintahan pasca Jokowi.
"Dan yang utama Prabowo penawarannya seberapa menggiurkan dan seberapa penting menempatkan posisi Nasdem sebagai bagian dari pemerintahan," demikian Efriza menambahkan.