Korban tewas di Jalur Gaza terus meningkat dan diperkirakan sudah melebihi 30.000 orang.
Hal itu diungkap oleh Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas, dalam sebuah pernyataan, seperti dimuat AFP pada Kamis (29/2).
Korban tewas terbaru di Jalur Gaza mencapai 79 orang, mereka dinyatakan meninggal dunia hanya dalam semalam.
Selain karena serangan bom Israel, banyak warga Palestina yang tewas karena bencana kelaparan yang semakin meluas.
Juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza, Ashraf al-Qudra mendesak organisasi internasional segera bergerak untuk mengatasi masalah ini.
"Anak-anak meninggal karena kekurangan gizi, dehidrasi dan kelaparan yang meluas di rumah sakit Al-Shifa Kota Gaza," ujarnya.
Kepala USAID Samantha Power mengatakan Israel perlu membuka lebih banyak penyeberangan sehingga bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan dapat meningkat secara signifikan.
“Ini adalah masalah hidup dan mati,” kata Power dalam sebuah video yang diposting di platform media sosial X.
Menurut Program Pangan Dunia (WFP), kota Rafah yang merupakan pintu masuk utama bantuan dari Mesir sudah tidak beroperasi selama sebulan dan menuduh Israel memblokir akses.
“Jika tidak ada perubahan, kelaparan akan segera terjadi di Gaza utara,” kata wakil direktur eksekutif WFP Carl Skau.
Para pejabat Israel membantah memblokir pasokan, dan tentara pada hari Rabu mengatakan 50 truk yang membawa bantuan kemanusiaan telah sampai ke Gaza utara dalam beberapa hari terakhir.
Perang dipicu oleh serangan Hamas yang belum pernah terjadi sebelumnya di Israel selatan yang mengakibatkan kematian sekitar 1.160 orang.
Hamas juga menyandera sekitar 250 orang, 130 di antaranya masih berada di Gaza, termasuk 31 orang diperkirakan tewas.
Kampanye militer balasan Israel di Gaza telah menyebabkan ratusan ribu orang mengungsi, dan hampir 1,5 juta orang kini memadati Rafah.