Berita

Presiden Korea Utara, Kim Jong Un/Net

Dunia

Saat Dunia Lengah, Korea Utara Jadi Ancaman Keamanan Besar

RABU, 28 FEBRUARI 2024 | 13:13 WIB | LAPORAN: HANI FATUNNISA

Konflik militer yang terjadi di Ukraina dan Jalur Gaza membuat dunia terlalu sibuk, sampai lupa bahwa Korea Utara kini semakin besar dengan kekuatan nuklirnya.

Pakar Korea Utara yang pernah menjadi konsultan untuk Amerika Serikat, Ken Gause mengatakan bahwa Kim mengembangkan kekuatan nuklir untuk mempertahankan kedaulatannya.

Tetapi belakangan menjadi pemerintahan yang lebih normal karena Kim mulai menyesuaikan hubungan bilateralnya dengan sejumlah negara sekutu seperti Rusia dan China.


Menurut Gause, masih banyak yang tidak melihat pergeseran taktik ini. Negara yang sebelumnya mengasingkan diri dan bermusuhan dengan AS, justru mulai mendekati teman yang sejalan.

“Masalahnya adalah banyak orang tidak bisa melihat perubahan di Korea Utara,” kata Gause, seperti dikutip dari Wall Street Journal (WSJ) pada Rabu (27/2).

Gebrakan Kim mulai terlihat bulan lalu, saat dia meninggalkan doktrin pendahulunya dan menyatakan bahwa Pyongyang tidak akan lagi mengupayakan reunifikasi damai dengan Seoul.

Korea Selatan dimasukkan sebagai musuh Utama Korea Selatan, dan Kim memerintahkan negaranya untuk bersiap dengan kemungkinan perang.

“Suatu saat perang menjadi kenyataan yang kita hadapi. Kami tidak akan pernah berusaha menghindarinya,” kata Kim dalam sebuah pernyataan Januari lalu.

Deklarasi permusuhan Kim membuat Korea Selatan, Amerika Serikat dan sekutu Barat semakin khawatir.

Terlebih, menurut penasihat Kementerian Unifikasi Korea Selatan Kuyoun Chung, Korea Utara telah menghasilkan lebih banyak persenjataan dalam lima tahun terakhir dibandingkan dengan periode serupa.

Namun invasi besar-besaran yang dilakukan oleh Korea Utara tampaknya sangat tidak mungkin terjadi. Pasalnya Kim tidak menyampaikan itu dalam pidatonya dan cadangan senjatanya juga mulai berkurang karena dikirim ke Rusia untuk perang.

Kendati demikian, Seoul dan sekutunya tetap tetap khawatir mengenai potensi bentrokan skala kecil antara kedua Korea, termasuk infiltrasi drone atau serangan maritim, terutama di Laut Kuning atau wilayah perbatasan barat.

Mantan utusan AS untuk perundingan enam negara dengan Korea Utara pada tahun 2014 dan 2015, Sydney A. Seiler menilai bahwa Kim meningkatkan kekuatan militernya setelah berasumsi bahwa AS telah kehabisan tenaga karena membantu Israel dan Ukraina.

Mantan negosiator AS dengan Korea Utara, Robert L. Carlin menjelaskan perubahan sikap Kim mungkin karena dia lelah dengan negoasiasi damai dengan AS.

“Kim mungkin menyimpulkan bahwa Washington tidak akan pernah menerima negaranya sebagai negara yang sah dan ingin melenyapkannya,” ujar Carlin.

Rekan penulis Carlin, Siegfried S. Hecker memperkirakan Korea Utara memiliki 50 hingga 60 hulu ledak nuklir dalam lima tahun terakhir.

“Yang paling membuat saya khawatir adalah mereka terus meningkatkan ukuran dan kecanggihan persenjataan dan sarana pengiriman nuklir mereka,” paparnya.

Seorang pelarian dari kamp penjara Korea Utara, Kang Chol-hwan, peningkatan kekuatan nuklir Pyongyang mencerminkan kesadaran Kim,  bahwa negosiasi dengan AS tidak bisa diharapkan.

Terlebih Kim pernah dikecewakan saat Trump secara sepihak menggagalkan upaya perundingan.

“Gagalnya perundingan secara tiba-tiba menimbulkan kekecewaan besar bagi Kim. Sekarang dia jujur bahwa senjata nuklir adalah satu-satunya cara untuk kelangsungan hidup rezim,” kata Kang.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

UPDATE

Program Belanja Dikebut, Pemerintah Kejar Transaksi Rp110 Triliun

Sabtu, 27 Desember 2025 | 08:07

OJK Ingatkan Risiko Tinggi di Asuransi Kredit

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:48

Australia Dukung Serangan Udara AS terhadap ISIS di Nigeria

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:32

Libur Natal Pangkas Hari Perdagangan, Nilai Transaksi BEI Turun Tajam

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:17

Israel Pecat Tentara Cadangan yang Tabrak Warga Palestina saat Shalat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:03

Barzakh itu Indah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:38

Wagub Babel Hellyana seperti Sendirian

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:21

Banjir Cirebon Cermin Politik Infrastruktur Nasional Rapuh

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:13

Jokowi sedang Balas Dendam terhadap Roy Suryo Cs

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:06

Komdigi Ajak Warga Perkuat Literasi Data Pribadi

Sabtu, 27 Desember 2025 | 05:47

Selengkapnya