Berita

Momen pertemuan Menteri ATR/BPN, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan Kepala Staf Kepresiden (KSP), Moeldoko di sidang kabinet/Ist

Politik

Keakraban Moeldoko-AHY seperti Api dalam Sekam

SELASA, 27 FEBRUARI 2024 | 12:57 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Keakraban Menteri ATR/BPN, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan Kepala Staf Kepresiden (KSP), Moeldoko diyakini hanya sebatas seremoni. Karena, Partai Demokrat dipastikan tidak akan mudah melupakan peristiwa kudeta.

Begitu disampaikan Direktur Pusat Riset Politik, Hukum dan Kebijakan Indonesia (PRPHKI), Saiful Anam menanggapi keakraban AHY dan Moeldoko di Istana Negara pada Senin kemarin (26/2).

Menurut Saiful, keakraban AHY yang juga merupakan Ketua Umum (Ketum) Demokrat dengan Moeldoko di sidang Kabinet menandakan dipertemukan karena jabatan masing-masing.

"Moeldoko dan AHY seperti selesai di tangan Jokowi dengan jabatan yang disandangnya, yakni sama-sama sebagai pembantu presiden. Saya kira keakraban AHY dan Moeldoko hanya sebatas seremoni saja, karena Demokrat tentu tidak akan mudah melupakan peristiwa kudeta Demorat di masa yang silam," kata Saiful kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (27/2).

Mengingat, kata Saiful, Demokrat sudah berdarah-darah untuk mempertahankan partai dari ancaman pengambilalihan secara paksa oleh Moeldoko. Dan hari ini, tanpa diambilalihpun Demokrat pada akhirnya tunduk kepada kekuasaan dengan menjadi bagian dari kekuasaan saat ini.

"Meski saya kira dalam politik tidak ada lawan abadi, maka bisa jadi AHY dan Demokrat telah mengubur jauh-jauh peristiwa kudeta yang coba dilakukan oleh Moeldoko saat itu. Namun publik dapat melihat keakraban Moeldoko dan AHY dalam rapat kabinet seperti api dalam sekam, di permukaan nampak akrab, tapi dalam hati tetap bergejolak," terang Saiful.

Menurut akademisi Universitas Sahid Jakarta ini, fenomena kudeta partai politik akan terus menghiasi parpol di Indonesia. Peristiwa tersebut tidak akan terlupakan, apalagi seperti yang terjadi dalam tubuh Partai Demokrat, di mana orang luar partai yang mencoba mengambil alih partai.

"Manuver kudeta Demokrat tentu menguntungkan partai, karena publik melihat dengan adanya isu tersebut Demokrat dipandang sebagai bagian dari partai yang dizalimi waktu itu, meskipun pada akhirnya harus tunduk dan patuh pada pemerintahan," kata Saiful.

"Tentu hal tersebut sah-sah saja, karena tentu perjalanan politik selalu dinamis sesuai dengan perkembangan dan situasi politik yang ada. Namun tentu publik dapat menilai konsistensi parpol dalam menghadapi dinamika politik yang terus berkembang," pungkas Saiful.



Populer

Rektor UGM Ditantang Pamerkan Ijazah Jokowi

Selasa, 18 Maret 2025 | 04:53

Indonesia Dibayangi Utang Rp10 Ribu Triliun, Ekonom Desak Sri Mulyani Mundur

Jumat, 14 Maret 2025 | 12:40

KPK Kembali Panggil Pramugari Tamara Anggraeny

Kamis, 13 Maret 2025 | 13:52

Ijazah Palsu Jokowi Bisa Terungkap dalam Hitungan Detik

Jumat, 21 Maret 2025 | 00:23

KPK Didesak Segera Proses Laporan Dugaan Gratifikasi Gubernur Sumsel Herman Deru

Senin, 17 Maret 2025 | 14:09

Ekonom: Hary Tanoe Keliru Bedakan NCD dan ZCB

Kamis, 13 Maret 2025 | 19:53

Wamenaker Bohongi Publik terkait Sritex

Rabu, 19 Maret 2025 | 23:35

UPDATE

Meutya Hafid Buka Suara Soal Teror Kepala Babi, Dukung Proses Hukum

Jumat, 21 Maret 2025 | 21:32

Jetstar Asia Mulai Layani Penerbangan Langsung Singapura-Labuan Bajo

Jumat, 21 Maret 2025 | 21:24

Belum Ketemu Megawati, Jokowi: Hubungan Kami Hangat Betul

Jumat, 21 Maret 2025 | 21:14

Nyonya Coet Hadirkan Citarasa Khas Nusantara dengan Konsep Cloud Kitchen

Jumat, 21 Maret 2025 | 20:42

Raja Juli Lantik Pati Polri jadi Pejabat Tinggi Kemenhut

Jumat, 21 Maret 2025 | 20:28

Kemenkop Dorong Koperasi Multi Pihak Perkuat Ekonomi Nasional

Jumat, 21 Maret 2025 | 19:54

Lapor ke Bareskrim, Pemred Tempo Bawa Bukti CCTV Dugaan Teror Kepala Babi

Jumat, 21 Maret 2025 | 19:28

Sobat Aksi Ramadan PalmCo Tebarkan Kebaikan di Masjid dan Ponpes

Jumat, 21 Maret 2025 | 19:21

PT PJS Kena SP1 Buntut Tidak Ada Sijil Awak Kapal

Jumat, 21 Maret 2025 | 19:15

MBG Dilirik Negara Lain, Prabowo: Saya Disurati Pemimpin Dunia Mau Pada Belajar

Jumat, 21 Maret 2025 | 19:12

Selengkapnya