Berita

Smelter nikel/Net

Bisnis

Berpotensi Merugi, Fraksi PKS Minta Pemerintah Evaluasi Hilirisasi Nikel

SENIN, 12 FEBRUARI 2024 | 12:52 WIB | LAPORAN: ADITYO NUGROHO

Anggota Komisi VII DPR RI Fraksi PKS Mulyanto minta Pemerintah evaluasi pelaksanaan hilirisasi nikel yang berjalan selama ini.

“Pemerintah jangan terlalu bernafsu meningkatkan kapasitas ekspor nikel yang mengakibatkan pasokan nikel di pasar internasional berlebih dan mengakibatkan harga anjlok,” ujar Mulyanto dalam keterangannya, Senin (12/2).

Mulyanto minta Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengkaji secara komprehensif program hilirisasi nikel demi optimalnya penerimaan keuangan negara dan kesejahteraan masyarakat.


"Jangan menguras cadangan nikel untuk produk setengah jadi seperti feronikel dan NPI (nickle pig iron) dengan harga jual murah seperti sekarang ini. Apalagi kalau industri ini menggunakan energi kotor dan limbahnya dibuang ke laut. Sementara operasional smelter dijalankan secara ugal-ugalan, sehingga telah banyak menewaskan pekerja," beber Mulyanto.

Mulyanto menduga bila dihitung dengan cermat, jangan-jangan program hilirisasi yang dibangga-banggakan Jokowi malah merugikan.

Sambung politikus PKS ini, dengan insentif besar yang diberikan Pemerintah untuk industri smelter, maka di saat harga jual nikel yang anjlok seperti sekarang ini bisa jadi penerimaan negara malah minus bukannya untung.

"Dengan merosotnya harga nikel ini, tentu memukul pelaku usaha di sektor komoditas ini. Kalaupun penambang kita hari ini belum gulung tikar, seperti yang terjadi di beberapa negara penghasil nikel, ini karena sebagian tambang kita terintegrasi dengan smelter, serta ditopang oleh Pemerintah," jelas dia.

Untuk diketahui, harga nikel dunia terus melorot mulai Maret 2022 ketika harga nikel 48 ribu dolar AS anjlok menjadi 19 ribu dolar AS di Juli 2022.

“Harganya terus merosot hingga sekarang menjadi 15 ribu dolar AS di tahun 2024. Kondisi tersebut ditengarai karena over supply produksi nikel Indonesia, selain juga karena faktor permintaan terhadap komoditas nikel yang lesu,” pungkasnya.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya