Pengamat politik, Hendri Satrio (kedua dari kiri) dalam acara peluncuran buku "Anies Baswedan: Its Now or Never" di Graha Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) di Kopi Timur, Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Rabu (7/2)/RMOL
Pasangan Capres-cawapres nomor urut 1, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, diyakini bisa masuk ke putaran kedua Pilpres 2024 kalau memanfaatkan kartu truf yang selama ini masih disimpan.
Hal itu disampaikan langsung pengamat politik, Hendri Satrio alias Hensat, saat peluncuran buku "Anies Baswedan: Its Now or Never" yang ditulis oleh wartawan senior dan penulis buku Yayat R Cipasang di Graha Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) di Kopi Timur, Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Rabu (7/2).
"Apakah masih mungkin Anies Baswedan menang satu putaran? Kalau secara kasat mata hari ini, mestinya dua putaran. Sehingga, satu putaran itu minimal Anies Baswedan bisa lolos masuk ke putaran kedua. Tapi apakah itu masih mungkin?" kata Hensat seperti dikutip
Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (7/2).
Menurut Hensat, ada beberapa kartu truf yang hingga saat ini belum dipakai oleh Anies. Salah satunya adalah umat. Anies dinilai belum menggunakan kartu truf umat karena masih takut dituduh melakukan politik identitas.
"Dan kalau kemudian umat ini memang muncul, ya itu memang karena keumatan. Dan bisa saja menang satu putaran. Nah masalahnya, Anies mau enggak mimpin gerbong umat ini? Nah, itu pertanyaannya cuma bisa dijawab oleh Mas Anies Baswedan. Karena Mas Anies tampaknya masih nyaman bila dia dilabeli dengan tokoh nasionalis ketimbang yang dekat dengan Islam," terang Hensat.
Hensat meyakini, jika Anies mau memimpin gerbong umat, maka sangat mungkin menang satu putaran.
Kartu truf kedua, lanjut Hensat, Anies belum maksimal mendatangi rakyat seperti yang sudah dilakukan Presiden Joko Widodo, yakni melakukan blusukan ke rumah-rumah warga.
"Jokowi, walaupun cuma 3-4 rumah saja mendatangi rakyat, dan itu diviralkan blusukan itu tadi. Nah Mas Anies sampai hari ini menurut saya masih dominan, dia datang juga ke rakyat, cuma tidak terlalu dominan dibandingkan dia minta rakyat untuk hadir ke sebuah acara yang ada dirinya, misalnya Desak Anies, atau nanti di kampanye terakhir di JIS. Itu kan sebetulnya rakyat yang datang ke dia tuh," jelas Hensat.
Jika Anies dapat memaksimalkan datang ke rakyat di sisa waktu masa kampanye ini, kata Hensat, maka bisa jadi sejarah akan berubah.
"Nah, dari dua hal ini saja sebetulnya kalau dia maksimalkan, momentum politik tuh bisa berpihak pada dia. Modal sosial ini menurut saya yang baru dimanfaatkan Mas Anies baru sebagian tadi, karena terkait dengan gerbong yang namanya umat tadi," tutur Hensat.
Lebih lanjut, Hensat menyebut bahwa gerbong umat saat ini perlahan-lahan masuk ke dalam gerbong PKB, yakni ke gerbong Muhaimin Iskandar.
"Saya melihatnya dia (Anies) masih deg-degan dengan stigma politik identitas. Walaupun menurut saya dia sudah membuktikan kok waktu di Jakarta, dia jauh dari stigma itu. Tapi dia tampaknya masih deg-degan juga sampai hari ini," sebut Hensat.
Akan tetapi, Hensat meyakini Anies memahami kapan waktunya untuk memimpin gerbong umat tersebut.
"Jadi walaupun pada saat ini kita bicara H-7 dan menuju hanya empat hari menjelang final kampanye, menurut saya Anies Baswedan memahami kapan momentumnya dia harus
lead si gerbong ini," pungkasnya.