Berita

Direktur Eksekutif Indonesian Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah/Net

Politik

Protes Civitas Akademika Kikis Kepercayaan Publik ke Jokowi

SELASA, 06 FEBRUARI 2024 | 08:42 WIB | LAPORAN: FAISAL ARISTAMA

Masifnya kritik dan keresahan sejumlah perguruan tinggi negeri maupun swasta bisa mengikis tingkat kepercayaan publik terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Indonesian Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, merespons munculnya pernyataan sikap sejumlah perguruan tinggi negeri maupun swasta, diawali Universitas Gadjah Mada (UGM), 31 Januari lalu.

Saat itu UGM melalui civitas akademika yang terdiri dari guru besar, dosen, dan mahasiswa, menyampaikan petisi Bulaksumur, yang menyayangkan penyimpangan demokrasi oleh presiden. Langkah itu pun diikuti civitas akademika kampus-kampus lain.


Teranyar, protes datang dari Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (Aptik) yang berisi para rektor sejumlah kampus. Mereka membuat pernyataan prihatin karena munculnya sikap tidak demokratis dan penyalahgunaan kekuasaan di pemerintahan saat ini.

“Suara akademisi, utamanya perguruan tinggi negeri, jelas berimbas pada kepercayaan publik. Jokowi bisa saja kehilangan kepercayaan publik jika gerakan perguruan tinggi itu terus bergulir, dan bukan tidak mungkin melahirkan gerakan mahasiswa,” kata Dedi kepada wartawan, Selasa (6/2).

Gelombang protes diyakini muncul karena pernyataan Jokowi beberapa waktu lalu, bahwa kepala negara atau pejabat negara boleh memihak di Pemilu 2024, asal mengambil cuti dan tidak menggunakan fasilitas negara.

Namun, kenyataannya, ada pembantu presiden tanpa cuti dan secara terang-terangan memihak salah satu pasangan calon presiden dan wakil presiden saat kampanye.

“Jokowi seharusnya mengevaluasi dengan melarang secara tegas anggota kabinet yang turun berkampanye, termasuk dirinya,” kata Dedi.

“Jokowi tidak bisa berdalih bahwa hak politiknya sama dengan publik, presiden itu pengecualian, karena memiliki pengaruh pada penyelenggara, dia seharusnya mundur dari jabatan presiden jika ingin kampanyekan Gibran,” papar Dedi.

Lebih lanjut Dedi menyebut, gelombang kritik berbagai perguruan tinggi juga bisa mempengaruhi elektabilitas pasangan Prabowo-Gibran, yang dinilai bagian dari pemerintahan Jokowi.

"Dari sisi politis, secara tidak langsung bisa pengaruhi kekuatan Prabowo," katanya.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya