Presiden AS, Joe Biden/Net
Serangan udara balasan dilancarkan pasukan militer Amerika Serikat pada Jumat (2/2), menargetkan kelompok militan yang berafiliasi dengan Iran di Irak dan Suriah.
Komando Pusat AS (CENTCOM) mengatakan bahwa serangan itu menggunakan lebih dari 125 amunisi, berhasil mengenai lebih dari 85 target dan menewaskan 18 militan.
"Pembom jarak jauh yang diterbangkan dari Amerika Serikat menargetkan Pasukan Quds pada Garda Revolusi Iran dan milisi pendukungnya di wilayah Irak dan Suriah," ungkap CENTCOM, seperti dimuat
Reuters. Presiden AS, Joe Biden mengkonfirmasi kabar serangan di Irak dan Suriah tersebut dalam sebuah pernyataan.
“Serangan balasan kami dimulai hari ini. Ini akan berlanjut pada waktu dan tempat yang kami pilih,” ungkapnya.
Biden menegaskan bahwa AS tidak ingin membuat konflik Timur Tengah semakin tegang, namun pihaknya tidak bisa tinggal diam jika diserang.
"Biarlah semua orang yang ingin menyakiti kami mengetahui hal ini: Jika Anda menyakiti orang Amerika, kami akan membalasnya,” tegas Biden.
Kepala Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia Rami Abdel Rahman mengatakan bahwa setidaknya 26 lokasi utama yang menampung kelompok pro-Iran dihancurkan di Suriah.
Sementara itu, menurut sumber keamanan Irak, sebuah gudang senjata dan pusat komando milik militan pro-Iran juga menjadi sasaran di Irak barat, di sepanjang perbatasan Suriah.
Serangan yang dilancarkan AS kepada militan pendukung Iran di Irak dan Suriah terjadi setelah beberapa tentara Washinton tewas dalam serangan drone oleh militan Yordania akhir pekan lalu.