Berita

Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, saat menggelar konferensi pers di Kantor DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (1/2)/RMOL

Politik

Putar Rekaman Suara Ketua PDIP Gunungkidul yang Didatangi Paspampres, Hasto: Wong Cilik Bangkit!

KAMIS, 01 FEBRUARI 2024 | 15:19 WIB | LAPORAN: FAISAL ARISTAMA

Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto memutar sebuah rekaman percakapan suara perempuan tentang upaya penurunan bendera PDIP ketika kunjungan kerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Hasto memutar rekaman percakapan itu saat menggelar konferensi pers di Kantor DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (1/2).

Dalam rekaman itu, sang perempuan menyampaikan kondisi Kabupaten Gunungkidul yang mencekam ketika Jokowi datang. Tank dan mobil Brimob hilir mudik di wilayah tersebut.

"Seperti mau perang. Saya sebagai ketua partai, saya ditelepon oleh, yang saat itu dimarahi dua orang yang mengaku Paspampres, untuk menurunkan bendera (PDIP)," ungkap Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih, dalam rekaman tersebut.

Endah menanyakan mengapa Jokowi sampai takut dengan bendera PDIP. Dia didatangi oleh dua Paspampres dan diminta untuk menurunkan bendera PDIP. Alasan Paspampres adalah ingin mengamankan kunjungan Presiden Jokowi.

"Presiden nanti mau jalan minimal jalan yang mau dikasih presiden untuk tidak dipasang bendera," kata dia.

Endah menyampaikan perjalanan Jokowi dari Kota Jogjakarta sampai Gunungkidul termasuk jauh. Sementara, bendera PDIP yang sudah terpasang mencapai 3 ribu.

"Saya tidak mau menurunkan kecuali ini perintah presiden, silakan saudara turunkan dan saya akan menemui. Mereka menyampaikan 'kami tidak bisa menurunkan, bu, karena yang pasang bukan saya jadi ibu yang harus turunkan'," kata dia.

"Saya jawab 'mohon maaf di dalam adabnya PDI Perjuangan bendera yang sudah kami kibarkan pantang untuk diturunkan'. Dan seandainya diturunkan diam-diam, kami akan mencari orang itu dan kami akan menumpahkan darah di situ," tegasnya.

Dia juga menanyakan apakah sedemikian takutnya Jokowi dengan bendera PDIP. Padahal Jokowi menjadi presiden juga atas perjuangan PDIP yang benderanya berkibar di seluruh Indonesia.

Endah justru mempertanyakan kenapa bendera PSI masih diizinkan berkibar.

"Kenapa bendera PSI bahkan sampai jam setengah tiga pagi ada. Kok, mereka tidak dilarang. Saya bilang begitu, kenapa ada bendera Gerindra juga dipasang di lokasinya presiden tidak dilarang. Kenapa ada bendera yang lain tidak dilarang," tegas Endah lagi.

Hasto menyampaikan, rekaman ini beredar luas di media sosial. Hasto menambahkan Pemilu 2024 bukan persoalan Ganjar-Mahfud atau PDIP, tetapi kedaulatan rakyat.

"Rakyatlah yang menentukan pemimpin nasional ke depan termasuk partai politik, bukan orang per orang, apalagi menggunakan kekuasaan. Mengerahkan segala potensi kekuasaan," ucapnya.

"Dan inilah kekuatan kebangkitan dari rakyat, dari wong cilik, dari ranting-ranting PAC, dari masyarakat kecil yang dulu berjuang dengan penuh ketulusan untuk Bapak Jokowi, kami dampingi dari posisi sebagai wali kota, gubernur, presiden. Dan seluruh anak ranting-ranting kami ini berjuang dengan ketulusan tanpa mengharapkan sesuatu kecuali Indonesia yang lebih baik," sambung Hasto.

Hasto lantas menyebut kondisi inilah yang terjadi di Gunungkidul menjelang Jokowi berkunjung. Namun, terjadi pengerahan aparatur negara, bahkan menggunakan kendaraan militer yang menunjukkan seolah negara dalam keadaan genting.

"Rakyat sepertinya menjadi ancaman dikerahkan kendaraan-kendaraan militer untuk menakut-nakuti rakyat. Bahkan PDI Perjuangan, kami ini peserta pemilu resmi, dijamin oleh undang-undang. Tetapi mengapa bendera PDI Perjuangan dilarang untuk dikibarkan? Sementara bendera PSI yang dipimpin oleh anak presiden diizinkan," sindir Hasto.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Karyawan Umbar Kesombongan Ejek Pasien BPJS, PT Timah Minta Maaf

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:37

Sugiat Santoso Apresiasi Sikap Tegas Menteri Imipas Pecat Pelaku Pungli WN China

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:30

KPK Pastikan Tidak Ada Benturan dengan Kortastipikor Polri dalam Penanganan Korupsi LPEI

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:27

Tabung Gas 3 Kg Langka, DPR Kehilangan Suara?

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:10

Ken Martin Terpilih Jadi Ketum Partai Demokrat, Siap Lawan Trump

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:46

Bukan Main, Indonesia Punya Dua Ibukota Langganan Banjir

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:45

Larangan LPG di Pengecer Kebijakan Sangat Tidak Populis

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:19

Smart City IKN Selesai di Laptop Mulyono

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:59

Salah Memutus Status Lahan Berisiko Besar Buat Rakyat

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:45

Hamas Sebut Rencana Relokasi Trump Absurd dan Tidak Penting

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:26

Selengkapnya