Berita

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu/Net

Dunia

Netanyahu Tolak Pembentukan Negara Palestina Usai Perang Berakhir

JUMAT, 19 JANUARI 2024 | 11:13 WIB | LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA

Wacana pembentukan negara Palestina setelah perang di Jalur Gaza berakhir, mendapat penolakan tegas dari Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Dalam konferensi pers pada Kamis (18/1), Netanyahu menyuarakan penolakannya terhadap skenario pascaperang tersebut kepada Amerika Serikat (AS).

Dia menegaskan bahwa Israel akan tetap melancarkan serangan untuk membasmi Hamas sampai ke akarnya dan pembentukan negara Palestina tidak akan terjadi setelah operasi militer berakhir.

"Ini (pembentukan negara Palestina) bertentangan dengan gagasan kedaulatan. Apa yang bisa kau lakukan?. Perdana menteri harus mampu mengatakan tidak kepada teman-teman kita,” kata Netanyahu, seperti dimuat Al-Jazeera.

Penolakan itu disampaikan Netanyahu setelah sekutunya AS menyarankan agar Israel mengurangi intensitas militernya di Jalur Gaza dan pembentukan negara Palestina harus dilakukan setelah perang.

Penasihat Keamanan Nasional AS, John Kirby mengatakan bahwa negaranya tetap berpegang teguh pada prinsip dua negara dan tidak akan membiarkan adanya pendudukan kembali usai perang.

Sementara itu, Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller mengatakan bahwa negara-negara di kawasan akan menjamin keamanan nasional Israel, meskipun nanti pemerintahan Palestina di Jalur Gaza terbentuk.

"Tidak ada cara untuk menjamin keamanan abadi bagi Israel selain membangunkan kembali Gaza, membangun pemerintah dan pembentukan negara Palestina," kata Miller.

Dia menambahkan, meskipun saat ini terdapat perbedaan pendapat, tetapi dukungan AS untuk Israel tetap kuat.

Setelah lebih dari 100 hari perang Israel di Gaza, serangan tanpa henti terus berlanjut dan setidaknya 24.620 warga Palestina terbunuh.  

Perang ini juga terjadi di Timur Tengah, dengan pertempuran berintensitas rendah antara tentara Israel dan Hizbullah Lebanon yang dikhawatirkan mampu meluas.

Kemudian pemberontak Houthi di Yaman yang terus menargetkan kapal-kapal internasional dan AS serta sekutu yang melancarkan serangan terhadap mereka.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Razia Balap Liar: 292 Motor Disita, 466 Remaja Diamankan

Senin, 03 Februari 2025 | 01:38

Pemotor Pecahkan Kaca Mobil, Diduga karena Lawan Arah

Senin, 03 Februari 2025 | 01:29

PDIP: ASN Poligami Berpeluang Korupsi

Senin, 03 Februari 2025 | 01:04

Program MBG Dirasakan Langsung Manfaatnya

Senin, 03 Februari 2025 | 00:41

Merayakan Kemenangan Kasasi Vihara Amurva Bhumi Karet

Senin, 03 Februari 2025 | 00:29

Rumah Warga Dekat Pasaraya Manggarai Ludes Terbakar

Senin, 03 Februari 2025 | 00:07

Ratusan Sekolah di Jakarta akan Dipasang Water Purifire

Minggu, 02 Februari 2025 | 23:39

Manis di Bibir, Pahit di Jantung

Minggu, 02 Februari 2025 | 23:18

Nasdem Setuju Pramono Larang ASN Poligami

Minggu, 02 Februari 2025 | 23:03

Opsen Pajak Diterapkan, Pemko Medan Langsung Pasang Target Rp784,16 Miliar

Minggu, 02 Februari 2025 | 22:47

Selengkapnya