Berita

Capres Nomor Urut 2 Prabowo Subianto/Net

Publika

Prabowo, Gen Z dan Indonesia Emas 2045

Oleh: Chaerudin Affan*
SELASA, 16 JANUARI 2024 | 17:03 WIB

BONUS demografi sering sekali disebut-sebut dalam beberapa tahun belakangan ini sebagai tantangan Indonesia di masa depan. Berbagai perspektif dikemukakan oleh parah ahli untuk membedah permasalahan dan kekuatan dari bonus demografi yang akan dimulai pada tahun 2029 dan puncaknya di tahun 2035.

Perspektif yang muncul selalu terkait dengan kesediaan lapangan pekerjaan. Hal yang memang menjadi titik analisis apakah bonus demografi akan menjadi sumber kekuatan atau akan menjadi ancaman permasalahan.

Tahun 2045 sudah ditargerkan pemerintah sebagai masa emas Indonesia, atau sering disebut sebagai Indonesia emas. Cita-cita dan harapan tersebut tentu bukan sebarang sebut yang minim literasi.

Cara pandang yang dibangun pemerintah hari ini merupakan cara pandang positif, untuk menatap dan memberi harapan ke depan, yang didasari dari analisis situasi geopolitik dan ekonomi global, serta situasi nasional. Tentu situasi nasional akan terpengaruh dari kerja-kerja pemerintahan hari ini hingga kedepannya, dimana pondasinya ada pada pemerintahan 2024-2029 dan nantinya akan dikuatkan pada pemerintahan 2029-2034.

Mimpi buruk akan menjadi nyata, harapan Indonesia emas akan enyah, jika fondasi pembangunan ekonomi- sosial- budaya- politik- dan pertahanan tidak dirumuskan dengan bijaksana dan menyeluruh, serta tidak dijalankan dengan cara seksama dan bersama-sama. Fondasi-fondasi tersebut seyogyanya dapat menjadi acuan  dalam menghadapi bonus demografi, dimana dapat dipandang sebagai titik tumpu pembangunan nasional dari berbagai lini yang bermuara pada industrialisasi dan hilirisasi.

Hanya dengan menerapkan model negara industri maka bonus demografi akan mengantarkan Indonesia menjadi Indonesia emas di 2045. Karena dengan konsep tersebut akan banyak menyerap lapangan kerja pada banyak sektor. Terlebih apabila konsep industrialisasi nasional di padu dengan konsep hilirisasi. Makan bukan hanya dapat menyerap banyak tenaga kerja, tapi juga menggiring Indonesia menjadi negara yang berswasembada di banyak sektor.

Sektor energi baik yang konvensional dan energi baru terbarukan akan lebih banyak memberikan kontribusi terhadap negara apabila konsep industrialisasi dan hilirisasi dijalankan secara bersama-sama. Selain itu, sektor pertanian dan kelautan, juga akan dapat lebih produktif dan bernilai tinggi, serta dapat konsep yang lebih holistik dapat menjadi dasar dari swasembada pangan.

Dengan begitu Indonesia emas bukan hanya mimpi, tapi sebuah konsekuensi logis dari pembangunan pondasi yang terarah dan pelaksanaan yang berkesinambungan.

Setidaknya pada bonus demografi tahap satu di tahun 2025, Indonesia akan memiliki kurang lebih 196,13 juta penduduk Produktif Angkatan kerja baru, dan pada 2030 diprediksi 64 persen total populasi indonesia merupakan penduduk usia produktif. Maka industrialisasi dan hilirisasi merupakan jawaban bagi angkatan kerja baru dalam menjawab kebutuhan lapangan pekerjaan mereka. Mereka adalah generasi Z yang hari ini masih menempuh pendidikan di SMA atau di Universitas.

Maka sangat relevan program pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden Prabowo-Gibran yang mengusung industrialisasi dan hilirisasi untuk menjawab keresahan generasi Z dalam menghadapi bonus demografi. Menjadi wajar apabila paslon Presiden dan Wakil Presiden nomor 2 mendapat dukungan yang besar dari kalangan generasi Z dan milenial.


*Penulis adalah mantan Direktur Eksekutif Pusat Kajian Kepemudaan Fisip UI

Populer

Duit Sitaan Korupsi di Kejagung Tak Pernah Utuh Kembali ke Rakyat

Senin, 10 Maret 2025 | 12:58

Menag Masih Pelajari Kasus Pelarangan Ibadah di Bandung

Senin, 10 Maret 2025 | 20:00

Polda Metro Didesak Segera Periksa Pemilik MNC Asia Holding Hary Tanoe

Minggu, 09 Maret 2025 | 18:30

Nyanyian Riza Chalid Penting Mengungkap Pejabat Serakah

Minggu, 09 Maret 2025 | 20:58

Usia Pensiun TNI Bakal Diperpanjang, Ketum PEPABRI: Kalau 58 Tahun Kan Masih Lucu-Lucunya

Senin, 10 Maret 2025 | 19:58

KPK Kembali Panggil Pramugari Tamara Anggraeny

Kamis, 13 Maret 2025 | 13:52

Ekonom: Hary Tanoe Keliru Bedakan NCD dan ZCB

Kamis, 13 Maret 2025 | 19:53

UPDATE

Loyalis Jokowi, Jeffrie Geovanie Sangat Tidak Layak Gantikan Menteri BUMN Erick Thohir

Sabtu, 15 Maret 2025 | 11:22

Rapor IHSG Sepekan Lesu, Kapitaliasi Pasar Anjlok Rp215 Triliun

Sabtu, 15 Maret 2025 | 11:07

DJP: Pajak Ekonomi Digital Capai Rp33,56 Triliun hingga Akhir Februari 2025

Sabtu, 15 Maret 2025 | 10:47

Kualitas Hilirisasi Ciptakan Lapangan Kerja Lebih Luas

Sabtu, 15 Maret 2025 | 10:44

Pengacara Klaim Duterte Diculik karena Dendam Politik

Sabtu, 15 Maret 2025 | 10:19

Harga Emas Antam Lebih Murah Hari Ini Usai Cetak Rekor Tertinggi

Sabtu, 15 Maret 2025 | 10:08

Menko Airlangga Ajak Pengusaha Gotong Royong

Sabtu, 15 Maret 2025 | 09:48

Fraksi PAN Salurkan 3.000 Paket Sembako untuk Rakyat

Sabtu, 15 Maret 2025 | 09:47

Universitas Columbia Cabut Gelar Akademik 22 Mahasiswa

Sabtu, 15 Maret 2025 | 09:34

Tanggapi Usulan Menhub, Kadin: Tidak Semua Usaha Bisa Terapkan WFA Saat Mudik

Sabtu, 15 Maret 2025 | 09:13

Selengkapnya