Presiden Taiwan, Tsai Ing Wen dan Presiden Nauru David Adeang/Net
Republik Nauru memutuskan hubungan diplomatik dengan Taiwan tepat beberapa hari setelah hasil pemilihan presiden di negara kepulauan itu diumumkan.
Dalam sebuah pernyataan pada Senin (15/1), Kementerian Luar Negeri Nauru mengatakan bahwa pihaknya akan mulai memperkuat hubungan dengan pemerintah China dan mengakui Taiwan sebagai bagian dari Beijing.
"Ini berarti Republik Nauru tidak lagi mengakui Taiwan sebagai negara terpisah melainkan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari China. Kami memutuskan hubungan diplomatik mulai hari ini dengan Taiwan," ungkap Kemlu Nauru, seperti dimuat
AFP. Nauru mengaku memilih China sebagai rekan diplomatik dibanding Taiwan merupakan keputusan yang diambil demi kepentingan rakyat.
Langkah Nauru membuat Taiwan hanya memiliki 12 sekutu diplomatik, termasuk Guatemala, Paraguay, Eswatini, Palau, dan Kepulauan Marshal.
Jelang pemilu, para pejabat keamanan Taiwan mengatakan bahwa China kemungkinan akan terus mengurangi jumlah negara yang memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Taipei.
Lai Ching-te dari Partai Progresif Demokratik (DPP) yang berkuasa di Taiwan memenangkan pemilihan presiden pada hari Sabtu (13/1). China menuduh Lai sebagai pemimpin separatis yang akan membawa kehancuran bagi Taiwan.
Menyambut pemutusan hubungan dengan Taiwan, China memberi apresiasi kepada Nauru yang mendukung politik one China policy.
"China mengapresiasi dan menyambut baik keputusan pemerintah Nauru,” kata Kementerian Luar Negeri Beijing.
Sementara itu, China tidak memelihara hubungan diplomatik dengan negara-negara yang mengakui Taiwan sebagai negara berdaulat.