Capres-cawapres nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD/Ist
Capres nomor urut 2 Ganjar Pranowo diminta fokus menarik suara pemilih yang kontra Presiden Joko Widodo jika ingin menang dalam Pilpres 2024.
Hal ini menyusul retaknya hubungan Jokowi dengan PDIP, setelah mantan Gubernur DKI Jakarta itu tidak hadir dalam perayaan HUT ke-51 PDIP pada Rabu kemarin (10/1) di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan.
Analis Politik dan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago mengatakan, jika Ganjar memaksimalkan narasi untuk menarik elektoral yang tidak puas dengan pemerintahan Jokowi. Maka, kue isu harus dibagi dua dengan Anies Baswedan.
"Itu pun jika formasinya dibagi dua, beda cerita jika ini menjadi ranah pertarungan “positioning”, Anies perubahan dan Prabowo keberlanjutan," kata Arifiki kepada wartawan, Kamis (11/1).
Di sisi lain, Arifiki menambahkan, tidak harmonisnya hubungan PDIP dengan Jokowi bakal merugikan Ganjar. PDIP mungkin saja masih berada dalam nominasi tiga besar di Pileg 2024. Tetapi, bagi Ganjar di pilpres butuh upaya lebih keras agar lebih banyak dari PDIP.
“Tantangan untuk Ganjar suaranya di pilpres harus lebih banyak dari suara PDIP. Jika, suara Ganjar sama dengan suara PDIP. Artinya, PDIP dan Ganjar salah strategi karena telah menjauh dari Jokowi," kata Arifki.
Arifki menilai ini mungkin momentum bagi PDIP untuk memperlihatkan bahwa kemenangan di berbagai pemilu tidak terpengaruh dengan elite dan presiden.
Secara kelembagaan, Pemilu 2024 bakal menjadi perbandingan hasil pileg PDIP dengan Pileg 2014 dan 2019, saat bersama dan berjauhan dengan Jokowi.
“PDIP ingin melepaskan ketergantungannya dengan Jokowi dan ingin memperlihatkan ke publik bahwa tanpa Jokowi suara partai tetap melimpah," tutup Arifki.