Capres nomor urut dua, Prabowo Subianto dan capres nomor urut tiga, Ganjar Pranowo/Repro
Pembelian alutsista bekas dari luar negeri dinilai merupakan langkah yang gegabah. Alih-alih, Indonesia harusnya fokus pada penguatan industri pertahanan dalam negeri.
Hal itu diutarakan oleh capres nomor urut tiga, Ganjar Pranowo ketika menanggapi pertanyaan dari capres nomor urut dua, Prabowo Subianto selama Debat Capres 2024 di Istora Senayan, Jakarta pada Minggu (7/1).
Ketika itu Prabowo mempertanyakan prioritas teknologi pertahanan apa yang akan diambil oleh Ganjar jika terpilih.
Pada kesempatannya, Ganjar menyinggung langkah pembelian alutsista bekas oleh Prabowo yang menjabat sebagai Menteri Pertahanan sejak tahun 2019.
"Saya senang jika dalam forum ini bapak menjelaskan ide untuk membeli pesawat bekas, kenapa ini menjadi penting?" tanya Ganjar.
Kementerian Pertahanan sendiri telah menandatangani kontrak pembelian 12 jet tempur Mirage 2000-5 bekas dari Qatar senilai Rp11,8 triliun. Namun kesepakatan tersebut ditunda karena keterbatasan fiskal.
Selain pembelian alutsista bekas, Ganjar juga menyayangkan pembatalan kerjasama PT PAL dan Korea Selatan untuk pembangunan kapal selam Alugoro-405.
Prabowo kemudian menjelaskan bahwa pembelian alutsista bukan mempersoalkan bekas atau tidak bekas, melainkan pada usia pakai.
"Alat perang itu usianya lebih dari 25 tahun. Misalnya pesawat Mirage 2000-5 yang rencanaya akan kita akuisisi usia pakainya 15 tahun," jelas Prabowo.
Selain itu, Prabowo membela pembelian alutsista bekas karena alutsista baru membutuhkan waktu pengiriman yang lebih lama.
Kembali menanggapi Prabowo, Ganjar menyebut pembelian alutsista bekas merupakan langkah gegabah.
"Karena (mantan Menhan) Juwono Sudarsono pernah menolak itu, dan apa yang bapak rencanakan hari ini ditunda. Apa artinya? Saya kira perencanaannya terlalu gegabah soal itu," tegas Ganjar.
"Keseriusan itu (juga) tidak dimunculkan sama sekali pada pengelolaan industri pertahanan dalam negeri," pungkasnya.