Berita

Gus Abdul Qohir/Ist

Politik

Kenalkan Pasangan Amin, Ustaz Muda ini Bikin Lagu untuk Kaum Santri

RABU, 03 JANUARI 2024 | 14:53 WIB | LAPORAN: ADITYO NUGROHO

Pembatasan kegiatan kampanye politik di tempat pendidikan termasuk Pondok Pesantren membuat para santri dan santriwati  yang masuk kategori  usia pemilih pemula (17-23 tahun) alias Generasi Z (Gen Z), kurang tersentuh dengan pemaparan visi misi para capres-cawapres.

Terkait itu, seorang ustaz muda, Gus Abdul Qohir dari Pondok Pesantren Al Muchtar, Perwira Bekasi Utara, memiliki perhatian khusus bahwa dunia pesantren terutama pemilih muda (Gen Z) bisa menelisik visi misi paslon.

Gus Abdul Qohir, yang saat ini tengah menyelesaikan studinya di jurusan Islamiyah Syariah, Universitas Al Azhar, Kairo Mesir, berniat menyumbangkan sebuah lagu Nasyid berjudul “Inilah Jalanku” yang diciptakan untuk pasangan Capres-Cawapres Nomor urut 1, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Amin).


Jebolan Pondok Pesantren Gontor ini berharap lagu ciptaannya bisa diterima dengan baik oleh pasangan Amin dan juga bisa bermanfaat membantu untuk lebih  memperkenalkan sosok pasangan yang diusung Partai Nasdem, PKB dan PKS ini di kalangan santri dan lingkungan pondok pesantren.                         

"Pasangan Amin ini kan berasal dari kalangan pondok dan juga kalangan pendidik, cocok dengan marwah lagu 'Inilah Jalanku' yang kembali mengingatkan para orang tua, santri dan kita semua akan hakikat dan tujuan untuk ‘mondok’ mencari ilmu,” ujar Gus Qohir dalam keterangannya kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (3/1).

Ustaz Gen Z ini ternyata juga senang mengikuti fenomena live streaming Capres Anies Baswedan di platform Tiktok.

"Kalau lihat Abah Anies Live tuh rasanya heartwarming banget. Saya merasa nasihat Abah Anies related dengan masalah kaum Gen-Z di Indonesia, kebapakan bangetlah, cocok buat anak Gen-Z yang mengalami Fatherless, apalagi menurut riset, Indonesia menempati urutan ketiga teratas Negara Fatherless sedunia," jelasnya.

Dia juga mengungkapkan kekhawatirannya akan ada kampanye yang cukup meresahkan dengan menjadikan ajaran agama sebagai lelucon.

"Ajaran agama dengan pemahaman tentang agama itu berbeda. Agama itu sempurna, sedangkan pemahaman tentang agama tidak. Fanatik soal pemahaman agama saja tidak dibenarkan apalagi fanatik soal politik,” beber dia.

“Menjadikan ajaran agama sebagai bahan lelucon untuk hal politik tidak bisa ditolerir! Karena ranah agama adalah ranah sensitif," pungkasnya.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya