Berita

Ilustrasi/Net

Otomotif

Akibat Skandal Keselamatan, Daihatsu Terancam Rugi hingga Rp 10,8 Triliun

JUMAT, 29 DESEMBER 2023 | 09:55 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Akhir tahun 2023 mungkin menjadi yang terburuk bagi produsen otomotif asal Jepang, Daihatsu Motor, yang diperkirakan akan menderita kerugian lebih dari 100 miliar yen (sekitar 10,8 triliun rupiah) akibat skandal uji keselamatan yang terungkap minggu lalu.

Kerugian yang dialami unit Toyota Motor itu diakibatkan penutupan seluruh pabrik mereka di negara asalnya, serta pembayaran kompensasi kepada pemasok.

Kompensasi ini diperkirakan memakan biaya besar, dan akan dibarengi dengan biaya investigasi dan uji keamanan tambahan.

“Bergantung pada skala kompensasinya, kerugian Daihatsu bisa mencapai 100 miliar yen atau lebih,” kata Seiji Sugiura dari Tokai Tokyo Research Institute, seperti dikutip dari Nikkei, Kamis (28/12).

Daihatsu melaporkan laba operasional konsolidasi sebesar 141,8 miliar yen dan laba bersih sebesar 102,2 miliar yen pada tahun fiskal 2022. Jika dampak skandal tersebut mendorong pendapatan konsolidasi ke zona merah, hal ini akan menandai kerugian pertamanya dalam 30 tahun.

Sejak terungkapnya skandal, Daihatsu telah menghentikan seluruh produksinya di Jepang tanpa batas waktu, meskipun sebagian besar pengiriman di Indonesia dan Malaysia telah dilanjutkan.

Skandal serupa dalam beberapa tahun terakhir telah memberikan dampak besar pada produsen mobil Jepang lainnya.  

Hino Motors melaporkan kerugian bersih 117,6 miliar yen pada tahun fiskal lalu setelah diketahui memalsukan data emisi dan efisiensi bahan bakar.

Selanjutnya Mitsubishi Motors, yang mencatat kerugian bersih sebesar 198,5 miliar yen pada tahun fiskal yang berakhir Maret 2017 di tengah terungkapnya data penghematan bahan bakar palsu.

Jepang menyumbang sekitar 60 persen dari 1,42 juta kendaraan yang diproduksi pada tahun fiskal lalu oleh Daihatsu, yang juga memproduksi kendaraan di Indonesia.  Afiliasi Malaysia, Perodua, memproduksi sekitar 300.000 kendaraan.

Dimiliki sepenuhnya oleh Toyota sejak 2016, Daihatsu diperkirakan hanya menyumbang sekitar 3 persen dari total laba operasional induknya, yang diperkirakan akan tumbuh 65 persen pada tahun fiskal ini menjadi 4,5 triliun yen.

Atas skandal yang terjadi, Kementerian transportasi Jepang akhirnya melakukan penyelidikan sendiri, dan telah mengarahkan Daihatsu untuk menghentikan pengiriman sampai keamanan kendaraannya dapat diverifikasi, sebuah proses yang memakan waktu sekitar dua setengah bulan dalam kasus Mitsubishi Motors tahun 2016 yang jauh lebih sempit.

Perusahaan dapat menghadapi hukuman lain, termasuk pencabutan sertifikasi yang diperlukan untuk produksi massal.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Karyawan Umbar Kesombongan Ejek Pasien BPJS, PT Timah Minta Maaf

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:37

Sugiat Santoso Apresiasi Sikap Tegas Menteri Imipas Pecat Pelaku Pungli WN China

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:30

KPK Pastikan Tidak Ada Benturan dengan Kortastipikor Polri dalam Penanganan Korupsi LPEI

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:27

Tabung Gas 3 Kg Langka, DPR Kehilangan Suara?

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:10

Ken Martin Terpilih Jadi Ketum Partai Demokrat, Siap Lawan Trump

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:46

Bukan Main, Indonesia Punya Dua Ibukota Langganan Banjir

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:45

Larangan LPG di Pengecer Kebijakan Sangat Tidak Populis

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:19

Smart City IKN Selesai di Laptop Mulyono

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:59

Salah Memutus Status Lahan Berisiko Besar Buat Rakyat

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:45

Hamas Sebut Rencana Relokasi Trump Absurd dan Tidak Penting

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:26

Selengkapnya