Berita

Ketua Umum DPP GMNI, Arjuna Putra Aldino/Istimewa

Politik

GMNI: Carbon Capture and Storage Rawan Jadi Ladang Korupsi Baru dan Perburuan Rente

SENIN, 25 DESEMBER 2023 | 06:55 WIB | LAPORAN: AGUS DWI

Carbon Capture and Storage (CCS) mendadak jadi perbincangan hangat di masyarakat usai calon wakil presiden nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, menanyakan hal tersebut kepada cawapres nomor urut 3, Mahfud MD, dalam Debat Cawapres, di JCC, Jakarta, Jumat kemarin (22/12).

CCS merupakan salah satu teknologi mitigasi pemanasan global dengan cara mengurangi emisi CO2 ke atmosfer. CO2 yang ditangkap akan dikompresi dan diangkut melalui pipa, kapal, kereta api atau truk, untuk digunakan dalam berbagai aplikasi, atau disuntikkan ke dalam formasi geologi yang dalam seperti reservoir minyak dan gas yang sudah habis.

Isu tentang Carbon Capture and Storage (CCS) telah ramai dibicarakan dalam Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2023 (COP) 28 di Dubai, Uni Emirat Arab, awal Desember lalu.

Terkait hal ini, Ketua Umum DPP GMNI, Arjuna Putra Aldino, mewanti-wanti mekanisme CSS ini bisa menjadi siasat negara maju, yang merupakan emiter karbon terbesar, untuk lari dari tanggung jawab.

Di mana, daripada mengubah gaya hidup agar lebih ramah lingkungan, mereka justru menawarkan uang kepada negara berkembang untuk membangun Carbon Capture and Storage (CCS).

“Jangan sampai pembangunan CSS semangat disuarakan karena lebih melihat besaran bantuan dana yang akan didapat. Di sisi lain tidak ada komitmen menghentikan kerusakan hutan dan lingkungan,” jelas Arjuna melalui keterangannya di Jakarta, Senin (25/12).

Arjuna menilai ada indikasi program CCS ini digalakkan untuk melegitimasi agar praktik pembabatan hutan semakin masif dilakukan. Apalagi Pemerintah Indonesia telah meneken MoU dengan ExxonMobil yang mencakup investasi 15 miliar dolar AS dalam industri bebas emisi CO2.

“Jangan sampai CSS jadi sekadar proyek. Namun tidak ada komitmen untuk melindungi alam dan kelestarian lingkungan,” tegasnya.

Selain itu, Arjuna juga menyoroti proyek CCS rentan menumbuhsuburkan korupsi. Potensi korupsi dari CSS bisa terjadi sejak proses sisi hulu penyedia CCS seperti teknologi penangkap karbon, biaya penyimpanan CO2, biaya injeksi, maupun carbon credit. Hingga transportasi, apakah itu saluran pipa, kereta api, truk atau kapal laut. Semua ini akan berujung pada kontrak-kontrak proyek yang bernilai besar.

“Proyek CSS ini, terutama dalam pemberian lisensi, konsesi, dan audit harus dilakukan secara transparan. Jika tidak, akan menciptakan bisnis kroni, perburuan rente, jadi ladang korupsi baru,” ungkap Arjuna.

Untuk itu, Arjuna meminta para calon pemimpin Indonesia ke depan tidak hanya berbicara soal proyek Carbon Capture and Storage saja, namun juga harus ada komitmen yang kuat untuk menghentikan pembabatan hutan yang semakin masif.

Menurut Arjuna, salah satu proyek yang merusak hutan adalah Food Estate yang berada di bawah Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto, yang kini menjadi calon presiden nomor urut 2.

Berdasarkan Rencana Operasional Food Estate yang diterbitkan oleh KLHK (2020), luas alokasi Food Estate di empat provinsi sebesar 3,69 juta hektare, hampir melebihi luas Provinsi Jawa Barat.

Luas hutan alam yang berisiko hilang atau terdampak Food Estate hampir tiga kali luas Bali. Rinciannya, 582 ribu hektar gambut lindung dan 838 ribu hektar budidaya.

“Teknologi CSS tidak akan efektif selama masih terjadi pembabatan hutan secara masif seperti program Food Estate. Jangan hanya mengambil keuntungan dari nilai proyeknya saja namun tidak ada komitmen menjaga kelestarian hutan,” tutup Arjuna.

Populer

Bikin Resah Nasabah BTN, Komnas Indonesia Minta Polisi Tangkap Dicky Yohanes

Selasa, 14 Mei 2024 | 01:35

Massa Geruduk Kantor Sri Mulyani Tuntut Pencopotan Askolani

Kamis, 16 Mei 2024 | 02:54

Ratusan Tawon Serang Pasukan Israel di Gaza Selatan

Sabtu, 11 Mei 2024 | 18:05

Siapa Penantang Anies-Igo Ilham di Pilgub Jakarta?

Minggu, 12 Mei 2024 | 07:02

KPK Juga Usut Dugaan Korupsi di Telkom Terkait Pengadaan Perangkat Keras Samsung Galaxy

Rabu, 15 Mei 2024 | 13:09

Alvin Lim Protes Izin Galangan Kapal Panji Gumilang

Sabtu, 11 Mei 2024 | 15:56

Aroma PPP Lolos Senayan Lewat Sengketa Hasil Pileg di MK Makin Kuat

Kamis, 16 Mei 2024 | 14:29

UPDATE

Competency Development Program Hadir untuk Tingkatkan Kapabilitas Perwira Pertamina

Sabtu, 18 Mei 2024 | 17:34

BNN akan Gandeng DEA AS soal Teknologi Penanggulangan Narkoba

Sabtu, 18 Mei 2024 | 17:13

Komisi X: Mendikbud Tak Punya Grand Desain Pendidikan

Sabtu, 18 Mei 2024 | 17:01

Menko Airlangga Geram IEU CEPA Digantung Uni Eropa hingga 7 Tahun

Sabtu, 18 Mei 2024 | 16:31

Gaduh UKT, Komisi X: Cabut Atau Revisi Permendikbud 2/2024!

Sabtu, 18 Mei 2024 | 16:12

Nuansa Politis Menguat di MK jika PPP Diloloskan Tanpa PSU

Sabtu, 18 Mei 2024 | 15:36

Iran Kutuk Serangan Brutal di Bamiyan Afghanistan yang Tewaskan Turis Asing

Sabtu, 18 Mei 2024 | 15:31

Mendag Zulhas Ajak Jepang Perkuat Industri Mobil Listrik di Indonesia

Sabtu, 18 Mei 2024 | 15:27

Kelompok Bersenjata Afghanistan Tembak Turis di Tempat Wisata, 3 Warga Negara Spanyol Tewas

Sabtu, 18 Mei 2024 | 15:03

Sambut Delegasi World Water Forum, Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali Siapkan Jalur Khusus

Sabtu, 18 Mei 2024 | 14:45

Selengkapnya