Para petani di wilayah Bahawalnagar, Pakistan, mengeluh atas kelangkaan pupuk urea dan kenaikan harga yang semakin tidak masuk akal.
Mengutip laporan DAWN pada Sabtu (23/12), petani Bahawalnagar bernama Maqsud, Saeed, Anwar, Qamar, Ikhlaq Hussain, Manzoor, Akmal, dan Masood, mengungkap bahwa mereka kesulitan mendapatkan urea. Mereka harus membeli di pasar gelap dengan harga 5.000 rupee perkantong, lebih mahal 1.500 rupee dari harga resmi yang ditetapkan pemerintah.
Mereka menuduh adanya malpraktek distribusi urea yang dilakukan pemerintah. Sebab, urea hanya dipasok ke petani terpilih berdasarkan rekomendasi seorang politisi, sementara petani lainnya mendapat didiskriminasi.
Tuduhan itu muncul setelah beredar video yang memperlihatkan petugas lapangan dari Departemen Pertanian Minchinabad terlihat menerima suap dari para petani.
Hingga kini, belum ada tindakan apa pun yang diambil pemerintah untuk menindak tegas politisi culas tersebut. Padahal, bukti sudah jelas menunjukkan bahwa pejabat itu bersalah.
Wakil Komisaris Bahawalnagar, Zulfiqar Ahmad, mengatakan seluruh Punjab menghadapi krisis urea sementara situasi di Bahawalnagar sedikit lebih baik dibandingkan distrik lain.
Menurut Ahmad, alasan utama terjadinya krisis urea adalah rendahnya pasokan dibandingkan dengan permintaan. Kemudian situasi semakin buruk akibat tindakan suap dan penimbunan ilegal.
"Mereka butuh 25.000 kantong urea setiap hari. Namun yang ada hanya mendapatkan 10.000 kantong dan itulah sebabnya situasi di Minchinabad dan Chishtian terlihat lebih bermasalah," ungkapnya.
Menanggapi keluhan petani, pemerintah Pakistan akhirnya mendirikan beberapa titik penjualan urea di tingkat tehsil sekitar dua minggu lalu. Namun tiga hari kemudian programnya berhenti tanpa alasan.
Kemudian, setelah melakukan pembicaraan dengan organisasi petani, penjualan urea kembali didirikan di seluruh distrik di mana urea tersedia dengan harga 4.000 rupee per karung, sekitar 500 rupee lebih mahal dari harga yang ditetapkan pemerintah.
Karena kebutuhan urea untuk tanaman sangat mendesak, para petani sepakat untuk membeli pupuk dengan harga tinggi namun pasokan pupuk ke kios-kios tersebut juga terhenti hanya beberapa hari kemudian.