Terdapat beberapa faktor penyebab turunnya suara PDIP di Pemilu 2024. Antara lain yang paling dominan adalah blunder PDIP menyerang Presiden Joko Widodo (Jokowi), penolakan gelaran Piala Dunia U-20 dan menyebut mantan Gubernur DKI Jakarta itu sebagai petugas partai.
Hal itu terpotret dalam survei terbaru LSI Denny-JA bertajuk “Akhir Dominasi PDIP di 2024?” yang dikutip redaksi, Rabu (20/12).
“Penurunan suara PDIP terjadi karena blunder serangan PDIP ke Jokowi, penolakan Piala Dunia U-20 dan penyebutan Presiden Jokowi sebagai petugas partai,” ujar Direktur LSI Denny-JA, Adjie Alfaraby dalam keterangannya.
Terkait penyebutan Jokowi petugas partai, kata Adjie, mayoritas publik tidak sepakat dengan labelisasi PDIP terhadap orang nomor satu di Indonesia tersebut.
“Yang kurang/tidak setuju dengan penyebutan presiden sebagai petugas partai sebesar 69,9 persen,” kata Adjie.
Berkenaan dengan itu, kata Adjie, pemilih yang merasa puas dengan kinerja Jokowi akhirnya beralih ke Partai Gerindra.
Dengan kata lain, lanjut Adjie, kenaikan suara Gerindra terjadi karena kenaikan dukungan dari pemilih yang puas terhadap Jokowi, dan Prabowo semakin populer. Sedangkan, elektabilitas pribadi Prabowo sudah melewati 40 persen.
“Jika tren ini terus berlanjut, dukungan PDIP bisa kembali ke era sebelum Jokowi jadi presiden,” pungkas Adjie.
Survei LSI Denny-JA ini menggunakan metodologi multi-stage random sampling dengan jumlah responden 1200 responden yang tersebar di seluruh Indonesia dengan teknik pengumpulan data wawancara tatap muka dengan menggunakan kuesioner.
Survei ini digelar pada 20 November-3 Desember 2023 dan dilengkapi dengan riset kualitatif, dengan margin of error ± 2,9 persen.