Berita

Ilustrasi/Net

Bisnis

Harga Minyak Jatuh ke Level Terendah dalam 6 Bulan

JUMAT, 08 DESEMBER 2023 | 09:34 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Minyak mentah dunia melesu pada perdagangan Kamis (7/12), setelah lima hari berturut-turut mengalami penurunan.

Ini adalah posisi terendah dalam enam bulan, yang diperkirakan imbas dari kekhawatiran investor akan lesunya permintaan energi di Amerika Serikat (AS) dan China.

Minyak mentah berjangka Brent turun 25 sen menjadi 74,05 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS turun 4 sen menjadi 69,34 dolar AS. Kedua benchmark tersebut mencatatkan harga terendah sejak akhir Juni.


Analis PVM Oil John Evans mengatakan, importir minyak terbesar dunia yaitu China menutup kebutuhannya akan minyak mentah, tekanan tetap ada pada harga karena produsen terbesar, yaitu AS terus melanjutkan produksinya.

Produksi minyak AS tetap mendekati rekor tertinggi lebih dari 13 juta barel per hari, menurut data Administrasi Informasi Energi AS pada Rabu. Sementara menurut Badan Administrasi Informasi Energi Amerika Serikat (EIA), stok bensin AS naik 5,4 juta barel pekan lalu menjadi 223,6 juta barel, lebih dari lima kali lipat peningkatan 1 juta barel yang diperkirakan.

Dolar AS juga menyentuh level tertingginya dalam dua minggu, yang menekan permintaan dengan membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Pada perdagangan Rabu (6/12) indeks dolar berada di level 104,14.

Kekhawatiran terhadap perekonomian China juga membatasi kenaikan harga minyak.

Data bea cukai China  menunjukkan bahwa impor minyak mentah pada bulan November turun 9 persen dari tahun sebelumnya karena tingkat persediaan yang tinggi, indikator ekonomi yang lemah, dan melambatnya pesanan dari penyulingan independen melemahkan permintaan.

Meskipun total impor China turun setiap bulan, ekspor tumbuh pada bulan November untuk pertama kalinya dalam enam bulan, menunjukkan peningkatan arus perdagangan global yang mungkin membantu sektor manufaktur.

Harga minyak telah turun sekitar 10 persen sejak OPEC+, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, mengumumkan pengurangan produksi sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari (bph) untuk kuartal pertama tahun depan.

Phil Flynn, analis Price Futures Group di Chicago menyebutkan bahwa pasar tampaknya menunjukkan bahwa mereka tidak percaya OPEC+ memiliki kemampuan untuk menindaklanjuti pengurangan produksi mereka.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya