Berita

Direktur Sahita Institute (HINTS), Olisias Gultom (tengah)/Ist

Dunia

Sahita Institute: Indonesia di Bawah Bayang-bayang Kolonialisme Baru Uni Eropa

KAMIS, 07 DESEMBER 2023 | 22:08 WIB | LAPORAN: DIKI TRIANTO

Kerja sama internasional berupa Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (I-EU CEPA) berpotensi bertentangan dengan prinsip perlindungan HAM, kedaulatan ekonomi rakyat, dan pemenuhan prinsip demokrasi.

Oleh karenanya, pemerintah Indonesia didesak untuk menghentikan perundingan perdagangan bebas dengan Uni Eropa.

“Indonesia sedang di bawah bayang-bayang kolonialisme gaya baru yang dilakukan melalui Indonesia-EU CEPA," kata Direktur Sahita Institute (HINTS), Olisias Gultom dalam konferensi pers yang digelar di Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (7/12).

Menurutnya, komitmen pemerintah untuk memproteksi industri nasional, khususnya berbasis ekonomi kerakyatan akan terancam jika perjanjian perdagangan bebas melarang aturan pembatasan ekspor mineral mentah dan kewajiban pengolahan dalam negeri.

Jika perjanjian tersebut ditandatangani oleh Presiden Jokowi, kata dia, Indonesia mau tidak mau harus menyesuaikan kebijakan nasional dengan isi perjanjian tersebut.

"Dalam waktu jangka panjang ke depan, Pemerintah Indonesia tidak dapat mengamandemennya atau harus berhadapan dengan berbagai gugatan perdagangan internasional,” tegas Olisias.

Dalam konteks kedaulatan ekonomi, Indonesia-EU CEPA dianggap bertentangan dengan komitmen Presiden Joko Widodo untuk merealisasikan transformasi ekonomi melalui agenda hilirisasi industri nasional.

Sementara aturan dalam Indonesia-EU CEPA, menurut Olisias justru meliberalisasi berbagai aspek yang dibutuhkan oleh industri kecil dan menengah Indonesia.

"Beberapa ketentuan tersebut seperti pelarangan kewajiban kandungan lokal (TKDN), liberalisasi pengadaan barang dan jasa pemerintah yang menghilangkan prioritas industri kecil dan menengah, hingga pelemahan peran BUMN," tutupnya.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Melalui Rembug Ngopeni Ngelakoni, Luthfi-Yasin Siap Bangun Jateng

Minggu, 02 Februari 2025 | 05:21

PCNU Bandar Lampung Didorong Jadi Panutan Daerah Lain

Minggu, 02 Februari 2025 | 04:58

Jawa Timur Berstatus Darurat PMK

Minggu, 02 Februari 2025 | 04:30

Dituding Korupsi, Kuwu Wanasaba Kidul Didemo Ratusan Warga

Minggu, 02 Februari 2025 | 03:58

Pelantikan Gubernur Lampung Diundur, Rahmat Mirzani Djausal: Tidak Masalah

Minggu, 02 Februari 2025 | 03:31

Ketua Gerindra Banjarnegara Laporkan Akun TikTok LPKSM

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:57

Isi Garasi Raffi Ahmad Tembus Rp55 Miliar, Koleksi Menteri Terkaya jadi Biasa Saja

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:39

Ahli Kesehatan Minta Pemerintah Dukung Penelitian Produk Tembakau Alternatif

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:18

Heboh Penahanan Ijazah, BMPS Minta Pemerintah Alokasikan Anggaran Khusus Sekolah Swasta

Minggu, 02 Februari 2025 | 01:58

Kecewa Bekas Bupati Probolinggo Dituntut Ringan, LIRA Jatim: Ada Apa dengan Ketua KPK yang Baru?

Minggu, 02 Februari 2025 | 01:42

Selengkapnya