Kekuatan militer China disebut tidak terlalu kuat, bahkan sama lemahnya dengan Rusia yang kini tidak kunjung berhasil menguasai Ukraina.
Badan Penelitian Pertahanan Swedia dalam laporannya menilai bahwa analis intelijen dan pembuat kebijakan Barat terlalu melebih-lebihkan prediksi mereka terhadap kekuatan militer Rusia dan juga China.
Profesor dari Universitas Texas, Zoltan Barany mengatakan bahwa negara totaliter seperti Rusia dan China lebih mudah diprediksi berdasarkan penilaian kuantitatif, seperti perhitungan senjata, tank, jet tempur, dan rudal.
"Faktanya adalah mudah untuk berkonsentrasi pada kekuatan material China dan Rusia yang dapat dihitung dengan menggunakan sarana intelijen, dibanding merujuk pada kualitas dan pengalaman pasukan mereka," jelasnya, seperti dikutip dari
National Interest pada Kamis (7/12).
Kemudian, jelas Barany, sistem otokratis yang dimiliki kedua negara dan korupsi yang merajalela terbukti mempersulit upaya mereka untuk beradaptasi dan menghadirkan inovasi baru medan perang.
Lebih lanjut, Barany yakin bahwa kepercayaan pada militer bukan salah satu kekuatan dari negara otoriter seperti China dan Rusia. Sistem ini justru gagal diterapkan dalam proses berbagi informasi, menghambat inisiatif, dan mencegah evaluasi di medan perang.
"Kurangnya komandan profesional dan budaya komando dan kendali militer yang bermuara pada kepercayaan, merupakan kelemahan serius yang menggerogoti kekuatan militer Rusia dan China," kata dia.
Barany menilai bahwa para pengamat militer terlalu fokus pada sistem senjata dan teknologi baru yang dimiliki China maupun Rusia. Padahal, peralatan militer mereka belum memiliki izin keamanan untuk operasi kapal selam rahasia dalam jarak dekat.
"Misalnya, kapal selam nuklir strategis (SSBN) China tidak memberi Beijing kekuatan serangan nuklir kedua yang terjamin karena mereka sangat rentan terhadap kapal selam serang (SSN) AS," jelasnya.
Pemaparan tersebut tidak berarti bahwa kelemahan dan kekurangan China dan Rusia adalah sama. Namun faktanya, dibandingkan Moskow, Beijing tidak memiliki pengalaman tempur praktis yang layak untuk dibicarakan.
Barany menyarankan agar Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya di kawasan Asia-Pasifik, termasuk Australia mendorong banyak kebijakan untuk membatasi kemampuan militer dan ambisi ekspansionis China.