Langkah sejumlah merek besar seperti Apple, Coca-Cola dan Disney, yang berhenti beriklan di platform X, akhirnya diikuti raksasa ritel Amerika Serikat, Walmart.
Dalam pernyataannya, perusahaan mengatakan langkahnya untuk mundur sebagai pengiklan di X sebagai yang terbaik.
“Kami menemukan beberapa platform lain yang lebih baik untuk menjangkau pelanggan kami,” kata juru bicara Walmart, menjelaskan keputusan tersebut, seperti dikutip dari
AFP, Minggu (3/12).
Walmart adalah pengecer terbesar di AS, dengan penjualan domestik senilai 500 miliar dolar AS pada tahun 2022.
Eksodus massal dari X dipicu pada November, ketika kelompok advokasi Media Matters for America mengklaim bahwa platform tersebut telah memposting konten pro-Nazi dan anti-Semit di samping postingan pengiklan besar.
X membantah temuan tersebut, menerbitkan analisis yang menunjukkan Media Matters telah memanipulasi algoritma dengan akun palsu.
Pemiliknya, Elon Musk, secara pribadi mendapat kecaman pada bulan November setelah dia secara terbuka mendukung teori konspirasi antisemit dalam sebuah postingan di X.
Orang terkaya di dunia ini setuju dengan seorang pengguna yang mengatakan bahwa orang-orang Yahudi memiliki “kebencian dialektis” terhadap orang kulit putih.
“Anda mengatakan kebenaran yang sebenarnya," tulis Musk sebagai tanggapan.
Musk kemudian menarik kembali pernyataannya dan menyebut balasannya sebagai salah satu postingan paling bodoh yang pernah dia buat di X.
Sejak membeli Twitter pada Oktober 2022, Musk terus-menerus dituduh oleh media arus utama dan kelompok kiri politik karena gagal memoderasi konten secara memadai.
Ketika Musk membeli Twitter dengan harga sekitar 44 miliar dolar AS, dia memecat banyak mantan staf perusahaan, dan membatalkan pemblokiran banyak akun atas nama mempromosikan kebebasan berpendapat.
Berbicara awal pekan ini di sebuah konferensi di New York, Musk memberikan nada menantang atas keluarnya pengiklan besar, dengan mempersilahkan mereka untuk angkat kaki.