Presiden Joko Widodo saat berbicara pada Presidency Session on Protecting Nature for Climate, Lives, and Livelihoods dalam World Climate Action Summit (WCAS) COP28 di Al Waha Theatre, Expo City Dubai, Dubai, Uni Emirat Arab (UEA) pada Sabtu, 2 Desember 2023/Ist
Indonesia telah dan akan mengambil langkah sistematis dan inovatif dalam mencapai net carbon sink atau penyerapan karbon bersih sektor kehutanan dan lahan di tahun 2030.
Dalam hal ini, pemerintah memadukan pertimbangan ekonomi dan sosial serta kerja sama dengan masyarakat dalam pengelolaan hutan berkelanjutan.
Begitu yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo saat berbicara pada Presidency Session on Protecting Nature for Climate, Lives, and Livelihoods dalam World Climate Action Summit (WCAS) COP28 di Al Waha Theatre, Expo City Dubai, Dubai, Uni Emirat Arab (UEA) pada Sabtu (2/12).
“Sektor kehutanan dipilih karena 34 persen desa di Indonesia berada di perbatasan atau dalam hutan, dan jutaan masyarakat Indonesia bergantung dari sektor kehutanan. Untuk penuhi target tersebut, kami mengambil langkah sistematis dan inovatif," kata Jokowi.
Dalam pidatonya di hadapan para pemimpin dunia, Jokowi menjelaskan upaya yang telah dilakukan Indonesia guna mencapai hal tersebut. Salah satunya Indonesia telah menerapkan moratorium permanen pembukaan hutan mencakup sekitar 66 juta hektare hutan primer dan lahan gambut sejak tahun 2019.
Jokowi mengatakan, Indonesia telah merehabilitasi 3 juta hektare lahan terdegradasi dan 3 juta hektar lahan gambut.
"Sekarang hasilnya mulai terasa, tingkat deforestasi Indonesia berkurang 75 persen, terendah dalam 20 tahun terakhir. Tahun depan, kami targetkan rehabilitasi 600 ribu hektare lahan mangrove," jelasnya.
Dalam upaya mengelola hutan dan lahan secara berkelanjutan, Jokowi menekankan pentingnya mobilisasi dukungan. Ia kemudian mengajak para pemimpin dunia untuk terus berkolaborasi dalam kerjasama kehutanan.
Ia menyebut Indoesia terbuka untuk berbagi pengalaman dalam pengelolaan hutan dan lahan.
“Indonesia telah inisiasi kerjasama trilateral kehutanan, Indonesia, Brasil, dan Republik Demokratik Kongo. Dan kami juga siap untuk berbagi pengalaman dan knowledge dalam pengelolaan hutan dan lahan,” pungkasnya.
Selama menghadiri COP28, Jokowi didampingi oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, dan Wakil Menteri Luar Negeri Pahala Mansury.