Menteri Kesehatan Budi G.Sadikin/Ist
Harapan Indonesia untuk mencapai kedaulatan farmasi dan alat kesehatan dalam negeri makin dekat. Hal ini nampak dari implementasi transformasi ketahanan kesehatan yang perlahan namun pasti telah membuahkan hasil.
Menteri Kesehatan Budi G.Sadikin mengatakan, capaian itu setidaknya sudah nampak di beberapa aspek. Salah satunya, jumlah produsen dalam negeri yang mampu memproduksi vaksin sendiri mengalami peningkatan dari 1 menjadi 3 produsen.
“Kita punya 1 perusahaan vaksin namanya Biofarma. Dalam 3 tahun terakhir, Indonesia sudah menambah jumlah perusahaan vaksin dari 1 jadi 3 dan 2 diantaranya adalah swasta,” kata Menkes melalui keterangan resmi yang diterima Minggu (12/11).
Beriringan dengan keberhasilan ini, Menkes menyebut bahwa teknologi untuk memproduksi vaksin juga semakin maju. Dikatakan Menkes, sekarang Indonesia telah mampu memproduksi 4 jenis vaksin yakni vaksin berbasis virus, mRNA, protein rekombinan dan viral vektor.
“Teknologi pembuatan vaksin ada 4 di dunia, yang kuno adalah pembuatan vaksin berbasis virus. Namun ada juga vaksin modern yang berbasis vektor maupun vaksin berbasis mRNA. Berkat penerapan teknologi vaksin, Indonesia yang tadinya hanya bisa memproduksi 2, kini seluruhnya bisa diproduksi di dalam negeri,” kata Menkes.
Keberhasilan selanjutnya, sambung Menkes, impor bahan baku obat mulai terkikis. Sebab, 9 dari 10 bahan baku obat kini sudah bisa diproduksi di dalam negeri. Berapa bahan baku obat itu di antaranya ada Parasetamol, Clopidogrel, dan Atorvastatin.
Realisasi belanja farmasi dan alat kesehatan dalam negeri juga dilaporkan meningkat dalam beberapa waktu terakhir. Bahkan dalam kurun waktu 6 bulan, sejak Januari-Juni 2023, Kemenkes tercatat telah merealisasikan sekitar Rp 9 triliun anggaran untuk belanja produk kesehatan dalam negeri.
“Belanja obat dan alkes dalam negeri juga meningkat. Di tahun 2020 sekitar Rp 4,5 triliun anggaran belanja untuk bahan baku obat, sekarang Rp9 triliun sudah digunakan untuk belanja bahan obat dalam negeri,” ujar Menkes.
Menkes mengungkapkan bahwa deretan keberhasilan tersebut merupakan jalan panjang yang lahir dari serangan pandemi Covid-19 pada tahun 2020 lalu. Waktu itu seluruh dunia dipaksa bertahan menghadapi bencana kesehatan global dengan tanpa persiapan apapun.
Ketidaksiapan semua unsur menyebabkan kendala besar. Salah satunya terganggunya rantai pasok alat kesehatan maupun farmasi global, yang turut berdampak terhadap Indonesia.
Tingkat kebutuhan yang tinggi namun ketersediaan barang yang terbatas telah menyebabkan Indonesia kesulitan mendapatkan obat, vaksin maupun alat kesehatan. Hal ini menjadi kendala pemerintah dalam melakukan respons cepat penanganan Covid-19 kepada masyarakat.
“Saat pandemi, kita melihat bahwa daya tahan sistem kesehatan kita itu lemah khususnya di bidang obat-obatan dan vaksin, kondisinya saat pandemi terjadi semua negara lockdown, sehingga kita tidak memiliki akses ke obat-obatan dan vaksin yang sangat dibutuhkan untuk 270 juta masyarakat Indonesia,” demikian Menkes.