Connie Rahakundini Bakri saat podcast bersama Abraham Samad/Rep
Pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di hadapan ratusan Pj kepala daerah yang meminta agar “tidak miring-miring”, menyisakan tanda tanya besar. Terlebih permintaan itu diungkapkan jelang Pemilu 2024.
Sebab itu, kalimat “tidak miring-miring” yang dimaksud kepala negara itu harus dijelaskan secara gamblang.
Demikian disampaikan pengamat militer dan intelijen, Connie Rahakundini Bakrie, dalam podcast Abraham Samad Speak Up bertajuk “Bongkar Rahasia di Balik Pergantian Panglima TNI Jelang Pilpres 2024. Prabowo-Gibran Diujung Tanduk?” dikutip Kamis (2/11).
“Miring-miring maksudnya apa nih?” Connie balik bertanya.
Dia lantas menyinggung apakah “miring-miring” yang dimaksud Jokowi harus tegak lurus kepada salah satu pasangan Capres-Cawapres di Pilpres 2024, dalam hal ini pasangan Prabowo-Gibran?
“Miringnya harus ke Gibran? Bahwa kalau ke Gibran dianggap tidak miring? Kalau ke Pak Ganjar miring? Kalau ke Pak Anies miring? Atau gimana nih, saya gak ngerti pengertian “miring-miring dan akan saya awasi setiap hari”,” papar Connie.
Menurut dia, pernyataan mantan Walikota Solo itu sangat menakutkan, karena bisa multitafsir. Terlebih diungkapkan menjelang kontestasi demokrasi lima tahunan.
“
That's scary buat saya kalimat itu. Saya menuntut dalam kesempatan ini, kalau pak presiden nonton, "Pak presiden saya rakyat bapak pak, saya ingin tahu maksud bapak tuh apa?" Kok jadi takut saya,” tegasnya.
Lebih jauh Connie menyebut, bahwa jika “miring-miring” yang dimaksud Jokowi mengarah pada salah satu pasangan Capres-Cawapres, maka Jokowi dinilai lebih parah dari rezim otoriter Soeharto.
“Ini lebih, Pak Harto aja gak pernah begini lho, "jangan miring-miring, kalau miring-miring saya hilangkan?"” tandasnya.