Berita

Maruarar Sirait/Net

Publika

Ara Sirait: Manifestasi Kesabaran Politik

OLEH: YAYAN SOPYANI*
KAMIS, 19 OKTOBER 2023 | 19:19 WIB

KESABARAN progresif. Begitulah status dalam Blackberry messenger Bang Ara, panggilan akrab Marurar Sirait. Kalimat sederhana namun kuat dalam diksi.

Sebagai aktivis saat mahasiswa, hal ini mengingatkan saya pada sosiolog-pejuang Iran, Ali Syariati. Ali mengenalkan diksi revolusioner: penantian aktif. Kesabaran progresif maupun penantian aktif linier dengan tawakal dalam sudut pandang orang Sunda: nikreuh ngeureuyeuh sok sanajan bari pateuh. Ini merupakan artikulasi dan manifestasi dari keteguhan dan kekokohan sikap.
 
Saya pertama kali mengenal Bang Ara ketika politik dan hukum Indonesia pasca-reformasi sedang dalam titik nadir. Tak lama setelah Susilo Bambang Yudhoyono dilantik bersama Boediono sebagai Presiden dan Wakil Presiden Indonesia 2009-2014, mencuat skandal Century yang merugikan keuangan negara hingga Rp 6,7 triliun.


Bang Ara tampil sebagai salah seorang pendekar Senayan, yang ikut membongkar skandal ini di Parlemen. Dari sinilah hubungan saya dan Bang Ara terjalin, sebagai jurnalis muda dan sebagai salah seorang narasumber utama. Itu tahun 2009 akhir sampai 2010 awal.

Sejak saat itu, hubungan saya dengan Bang Ara terus terhubung. Sebulan sekali, kami biasa berdiskusi, baik soal isu-isu aktual maupun tentang kondisi politik terkini. Komunikasi semakin intensif ketika Pilkada DKI Jakarta tahun 2012 mau digelar.

Di sini saya melihat keteguhan sosok Bang Ara. Dia berdiri teguh mendorong Joko Widodo untuk menjadi kontestan dalam Pilkada. Saat itu, situasi kebatinan di lingkaran PDI Perjuangan, mayoritasnya belum setuju dengan Walikota Solo itu.

Bang Ara bukan hanya mendorong, namun menjadi pendukung utama ketika yang lain masih tiarap. Ini sesuai doktrin Bang Ara yang diresepi dari sang ayah, Sabam Sirait: politik adalah memperjuangkan apa yang dianggap benar, baik berupa kebijakan maupun orang per orang.

Keteguhan Bang Ara terlihat lagi ketika mendorong dan mendukung Joko Widodo untuk maju dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014. Saya menjadi saksi bagaimana Bang Ara berkeringat total dalam memenangkan Joko Widodo.

Sikap Bang Ara kokoh, sebagaimana yang sering ia kemukakan: sahabat sejati adalah mereka yang membersamai ketika teman sedang berjuang dan kesusahan. Bang Ara membuktikan kata-kata itu, sehingga sosok Bang Ara sebagaimana diistilahkan Buya Syafi’i Ma’arif, bersatunya kata-kata dengan laku perbuatan. Bang Ara tak pernah lain di bibir lain pula di dalam hati.

Teman-teman saya di kampung, juga teman-teman aktivis, senang bila Bang Ara tampil di televisi. Kata mereka, Ara sosok yang santun dalam menyampaikan gagasan dan tak pernah menyerang lawan debat dengan argumentum ad hominem menyerang lawan secara personal untuk meruntuhkan gagasannya.

Saat mereka tahu saya berhenti menjadi jurnalis dan masuk menjadi bagian dalam PDI Perjuangan, mereka bertanya kepada saya, apakah sosok Ara juga demikian dalam keseharian. Saya dengan pasti menjawab iya.

Selama saya bergaul dengan Bang Ara, tak pernah dia menjelekkan musuh politik, baik secara terbuka maupun secara diam-diam. Bahkan untuk Ibu Megawati, beliau selalu mengatakan: saya enggak akan seperti ini bila tak diasuh oleh Mbak Mega dan PDI Perjuangan. Bang Ara memang sosok politikus yang tulus dan rendah hari.

Salah satu ketulusan Bang Ara, adalah ketika tiba-tiba tak dilantik menjadi menteri di periode pertama Joko Widodo. Padahal Bang Ara, sudah di Istana dan memakai kemeja putih.

Untuk tak memancing keriuhan, Bang Ara menunggu di dalam Istana, sampai malam sudah cukup larut dan mengganggap sudah tiada lagi wartawan yang meliput. Namun tetap saja, ada wartawan yang melihat dan memvideokan ketika Bang Ara keluar dari Istana dengan diantar Joko Widodo.

Setelah kejadian itu, tak ada satu kalimat pun rasa kecewa dari Bang Ara. Bang Ara tetap teguh dan kokoh menjadi pembela Jokowi. Termasuk saat "tragedi Anies" di Gelora Bung Karno dan netizen Jakarta mengecam Jokowi, Bang Ara tampil dengan pasang badan yang kokoh.

Sudah setahun ini saya tak bertemu dengan Bang Ara. Banyak orang bertanya kepada saya, terkait sikap Bang Ara di tengah gelombang politik yang sangat dinamis menjelang Pilpres 2024.

Saya selalu mengatakan bahwa bagi saya, Bang Ara adalah sosok yang sangat ideologis, setia kawan, loyal kepada partai, dan tulus. Saya sederhanakan, ia sosok politikus dengan tingkat kesabaran progresif yang tak tertandingi.

*Penulis adalah Ketua Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi)

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya