Jubir Partai Aceh (PA), Nurzahri (kiri) saat mendampingi Ketua DPA PA, Muzakkir Manaf alias Mualem (tengah)/RMOLAceh.
Partai Aceh (PA) berduka atas meninggalnya Martti Ahtisaari, mediator perdamaian Aceh pada MoU Helsinki tahun 2005.
Martti menghembuskan nafas terakhir dalam usia 86 tahun, di Finlandia, Senin (16/10). Pada tahun 2005, Martti merupakan Presiden Finlandia yang memfasilitasi perundingan damai antara Pemerintah RI dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM)
“Martti Ahtisaari adalah sosok yang berjasa bagi Aceh karena beliau adalah juru penengah dalam proses perdamaian antara GAM dan RI," kata juru bicara PA, Nurzahri, dikutip
Kantor Berita RMOLAceh, Senin (16/10).
Keterlibatan Martti Ahtisaari dalam proses perdamaian antara GAM dan RI, kata Nurzahri, bukan hanya pada proses perundingan semata. Tetapi, juga turut mengawal berjalannya isi-isi perjanjian damai.
Menurut Nurzahri, Martti beberapa kali mengunjungi Aceh untuk memastikan permasalahan yang muncul setelah perdamaian. Bahkan mencari jalan keluar terhadap permasalahan tersebut.
"Beliau (Martti) juga secara serius dan mempunyai komitmen yang kuat dalam mengawal proses perdamaian di Aceh," ujarnya.
Nurzahri mengatakan perdamaian antara Gerakan Aceh Merdeka dan Pemerintah Indonesia ditandai dengan turut andilnya jaringan diplomasi Martti kedalam proses perdamaian Aceh. Seperti Uni Eropa dan beberapa negara sahabat.
Nurzahri menjelaskan pihak-pihak tersebut adalah relasi Martti ketika masih menjabat sebagai Presiden Finlandia. Organisasi yang didirikan Martti yakni Crisis Management Initiatif (CMI) secara terus menerus memantau proses perdamaian Aceh hingga hari ini.
"Oleh karena itu, kabar meninggalnya beliau (Martti) tentunya membuat Partai Aceh secara khusus dan rakyat Aceh secara umum merasa sangat kehilangan," pungkasnya.