Berita

Ilustrasi Gedung Merah Putih KPK/RMOL

Hukum

Di Era Syahrul Yasin Limpo, Kementan Punya Banyak Risiko Potensi Korupsi

JUMAT, 13 OKTOBER 2023 | 14:21 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Sebelum melakukan penindakan dengan menetapkan mantan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) dan dua pejabat Kementerian Pertanian (Kementan) menjadi tersangka, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sudah memetakan banyak potensi korupsi di Kementan era SYL.

Jurubicara Bidang Pencegahan KPK, Ipi Maryati mengatakan, terkait adanya dugaan korupsi di Kementan, pihaknya telah melakukan upaya-upaya pencegahan.

Salah satunya melalui Survei Penilaian integritas (SPI), yang mengukur dan memotret titik-titik rawan korupsi di kementerian, lembaga, serta pemerintah daerah (KLPD), untuk selanjutnya dilakukan upaya perbaikannya sesuai saran dan rekomendasi SPI.

"Dengan melakukan perbaikan untuk menutup celah-celah rawan korupsi tersebut, maka diharapkan dapat meminimalisasi potensi terjadinya tindak pidana korupsi," kata Ipi kepada wartawan, Jumat siang (13/10).

Dalam pengukuran SPI tersebut, lanjut Ipi, digunakan dua komponen, yakni internal dan eksternal. Pada komponen internal, terdapat tujuh dimensi, meliputi suap/gratifikasi; perdagangan pengaruh (trading influence); pengelolaan barang dan jasa; penyalahgunaan fasilitas kantor; nepotisme pengelolaan SDM; jual/beli jabatan; dan penyalahgunaan perjalanan dinas di lingkungan Kementan.

Sedangkan pada komponen eksternal dibagi dua, yaitu responden yang merupakan pengguna layanan, penerima manfaat, dan vendor, dengan komponen risiko suap/gratifikasi dan risiko pungutan liar.

Sedangkan ahli atau pemangku kepentingan komponennya adalah keberadaan pungutan liar, kualitas transparansi layanan, dan kualitas pengelolaan PBJ.

"Dari perkara dugaan korupsi di lingkungan Kementan ini, pemerasan pada proses lelang jabatan, pengadaan barang dan jasa, serta penerimaan gratifikasi. Faktanya ketiga dimensi tersebut dalam komponen internal termasuk dalam kategori sangat rentan (0-67,9)" jelas Ipi.

Berdasar hasil SPI di Kementan tahun 2022, dimensi risiko jual/beli jabatan menunjukkan nilai 9 persen. Di mana, semakin kecil skornya, maka semakin memiliki risiko terjadinya korupsi.

Sedangkan pada dimensi risiko suap/gratifikasi menunjukkan angka 18 persen. Lalu dimensi pengelolaan barang/jasa tercatat mendapat penilaian 32 persen.

"Tiga dimensi itu secara tidak langsung saling berkaitan, sekaligus menggambarkan risiko terjadinya tindak pidana korupsi di lingkungan Kementan," tutur Ipi.

Selain tiga dimensi itu kata Ipi, KPK menemukan empat dimensi pada komponen internal lainnya yang masuk kategori sangat rentan. Yakni risiko penyalahgunaan perjalanan dinas berada di angka 21 persen. Sama halnya dengan dimensi nepotisme dalam pengelolaan SDM yang juga mendapat nilai 21 persen.

Sedangkan risiko trading in influence hasilnya di angka 28 persen. Di sisi lain, risiko penyalahgunaan fasilitas kantor di Kementan juga cukup jadi perhatian, yakni sebesar 64 persen.

Sedangkan dari komponen eksternal, kata Ipi, pengguna layanan atau vendor yang pernah bekerja sama dengan Kementan menilai risiko pungutan liar dan suap/gratifikasi sangat rentan, masing-masing dengan nilai 1 persen dan 9 persen.

"Kendati demikian, para ahli dari eksternal memiliki penilaian berbeda terhadap Kementan. Tercatat risiko pungutan liar dan kualitas transparansi layanan sama-sama berada di angka 70 persen, serta kualitas pengadaan barang/jasa bernilai 48 persen. Sehingga jika dirata-ratakan, nilai SPI 2022 Kementan adalah 72,68, masih termasuk dalam kategori rentan (68-736,)" pungkas Ipi.

Populer

KPK Kembali Periksa Pramugari Jet Pribadi

Jumat, 28 Februari 2025 | 14:59

Sesuai Perintah Prabowo, KPK Harus Usut Mafia Bawang Putih

Minggu, 02 Maret 2025 | 17:41

Digugat CMNP, Hary Tanoe dan MNC Holding Terancam Bangkrut?

Selasa, 04 Maret 2025 | 01:51

Lolos Seleksi TNI AD Secara Gratis, Puluhan Warga Datangi Kodim Banjarnegara

Minggu, 02 Maret 2025 | 05:18

CMNP Minta Pengadilan Sita Jaminan Harta Hary Tanoe

Selasa, 04 Maret 2025 | 03:55

KPK Terus Didesak Periksa Ganjar Pranowo dan Agun Gunandjar

Jumat, 28 Februari 2025 | 17:13

Bos Sritex Ungkap Permendag 8/2024 Bikin Industri Tekstil Mati

Senin, 03 Maret 2025 | 21:17

UPDATE

BRI Salurkan KUR Rp27,72 Triliun dalam 2 Bulan

Senin, 10 Maret 2025 | 11:38

Badai Alfred Mengamuk di Queensland, Ribuan Rumah Gelap Gulita

Senin, 10 Maret 2025 | 11:38

DPR Cek Kesiapan Anggaran PSU Pilkada 2025

Senin, 10 Maret 2025 | 11:36

Rupiah Loyo ke Rp16.300 Hari Ini

Senin, 10 Maret 2025 | 11:24

Elon Musk: AS Harus Keluar dari NATO Supaya Berhenti Biayai Keamanan Eropa

Senin, 10 Maret 2025 | 11:22

Presiden Prabowo Diharapkan Jamu 38 Bhikkhu Thudong

Senin, 10 Maret 2025 | 11:19

Harga Emas Antam Merangkak Naik, Cek Daftar Lengkapnya

Senin, 10 Maret 2025 | 11:16

Polisi Harus Usut Tuntas Korupsi Isi MinyaKita

Senin, 10 Maret 2025 | 11:08

Pasar Minyak Masih Terdampak Kebijakan Tarif AS, Harga Turun di Senin Pagi

Senin, 10 Maret 2025 | 11:06

Lebaran di Jakarta Tetap Seru Meski Ditinggal Pemudik

Senin, 10 Maret 2025 | 10:50

Selengkapnya