Delegasi Southeast Asia Women Peace Mediators (SEAWPM) saat melakukan kunjungan ke kantor Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Jakarta. pada 3 Oktober 2023/Ist
Dalam upaya menjajaki peluang kolaborasi dan bertukar ide dengan organisasi Islam tertua di Indonesia, delegasi Southeast Asia Women Peace Mediators (SEAWPM) melakukan kunjungan ke kantor Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Jakarta.
Kunjungan tersebut diterima langsung oleh Ketua dan Sekretaris Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internasional Pimpinan Pusat Muhammadiyah (LHKI-PPM), Imam Addaruqutni dan Yayah Khisbiyah pada Selasa (3/10).
SEAWPM sendiri merupakan sebuah platform yang beranggotakan perempuan-perempuan berpengalaman dalam mediasi, negosiasi, dan mengupayakan proses perdamaian di kawasan Asia Tenggara.
Delegasi SEAWPM terdiri dari empat tokoh perempuan yang berasal dari berbagai negara, termasuk Emma Leaslie (Australia-Kamboja), Miriam Coronel-Ferrer (Filipina), Shadia Marhaban, dan Adelina Kamal (Indonesia) yang mengekspresikan rasa hormatnya terhadap Muhammadiyah, sebagai organisasi modern Islam yang dikenal luas dalam membina perdamaian dan mendorong perubahan positif di dalam negeri maupun di wilayah mancanegara.
Pertemuan yang berlangsung hangat dengan diskusi selama lebih dari 2 jam itu membahas banyak isu, termasuk proses perdamaian di Filipina Selatan, yang melibatkan Muhammadiyah sebagai anggota inti, dengan Emma dan Miriam menyoroti kontribusi Muhammadiyah dalam membantu pergerakan sosial-pembangunan di wilayah tersebut.
Selain itu, pembicaraan juga mencakup konflik berkepanjangan di Myanmar, Afganistan, dan Palestina, serta dampaknya terhadap perempuan dan anak-anak. Shadia Marhaban memberikan contoh situasi sulit di Afghanistan, di mana pendidikan dan fasilitas dasar sangat terbatas.
Terlebih lagi fasilitas perpustakaan dan olahraga, yang disebut belum tersedia secara merata untuk tumbuh kembang sumber daya manusia yang optimal, khususnya anak-anak.
Untuk itu, dalam kesempatan tersebut, Sekretaris LHKI-PPM, Yayah merekomendasikan perluasan kebijakan dari "Education for Women" menjadi "Education for All" di Afghanistan dan Palestina agar lebih inklusif, dan dapat diterima oleh para pemangku kepentingan.
Pertemuan tersebut diakhiri dengan komitmen kedua pihak untuk melanjutkan kerjasama antara berbagai platform masyarakat sipil antar-agama dan antar-bangsa, dengan dukungan dari Kementerian Luar Negeri RI dan pemerintah negara-negara tetangga, yang dipercaya dapat memberi dampak positif bagi perdamaian dan pembangunan sosial di kawasan Asia Tenggara dan sekitarnya.
"Kerjasama dengan SEAWPM akan memiliki dampak signifikan dalam menciptakan transformasi sosial yang berkelanjutan di kawasan Asia Tenggara maupun Asia," ujar Yayah, yang memfasilitasi pertemuan tersebut.