Ketua Umum Partai Gerindra dan Bakal Calon Presiden 2024, Prabowo Subianto/Net
Seorang calon wakil presiden (cawapres) idealnya tidak hanya dilihat berdasarkan elektabilitas semata, melainkan merujuk kapasitas yang dibutuhkan bangsa Indonesia ke depan.
Demikian pandangan yang dikemukakan pengajar Pascasarjana Ilmu Politik Universitas Nasional (Unas), Syafrizal Rambe merespons lambannya sosok bakal cawapres yang belum dipilih Prabowo Subianto maupun Ganjar Pranowo.
Syafrizal menegaskan, dengan kompleksnya tugas konstitusional negara ke depan, prinsip meritokrasi menjadi hukum besi yang makin niscaya dalam urusan memilih sosok cawapres.
“Yang diperlukan Prabowo, dengan kekuatan Partai Golkar dan jaringan SBY sejatinya adalah seorang teknokratis, intelektual, dan cendekiawan yang menguasai aspek ketatanegaraan serta kepemerintahan,” kata Syafrizal dalam keterangannya, Kamis (28/9).
Meski konstitusi menyatakan tugas wapres sebagai pembantu presiden, namun sejatinya tugas tersebut lebih kompleks dibanding seorang menteri.
Oleh karenanya, perlu dicari figur meritokrasi yang mumpuni dan mengerti teknis penyelenggaraan negara bagi bakal cawapres yang dipilih.
Mengamini pandangan Syafrizal, pengamat politik Lembaga Riset Publik (LRP), Muhammad Al-Fatih menyebut sosok dimaksud ada pada Ketua Umum PBB, Yusril Ihza Mahendra. Yusril dianggap pantas untuk mendampingi bakal capres Prabowo.
“Ketua Umum PBB yang selama ini senantiasa mendukung Prabowo adalah figur paling tepat," jelas Al-Fatih.
Yusril merupakan seorang negarawan, intelektual, dan politisi yang berpengalaman dengan menduduki menteri strategis di bawah tiga presiden berbeda.
"Yusril juga punya segudang pengalaman di dunia internasional,” tandas Al-Fatih.