Berita

Evergrande Group/Net

Bisnis

Evergrande Jadi Perusahaan Properti Paling Banyak Utang di Dunia

RABU, 27 SEPTEMBER 2023 | 20:23 WIB | LAPORAN: HANI FATUNNISA

Raksasa properti asal China, Evergrande Group, menjadi pusat perhatian setelah bosnya, Xu Jiayin atau Hui Ka dilaporkan telah menjadi tahanan rumah pada Rabu (27/9).

Penangkapan tersebut terjadi saat Evergrande berada dalam krisis keuangan parah dan utang yang semakin menumpuk.

Mengutip Reuters, Evergrande disebut sebagai perusahaan properti dengan utang terbesar di dunia.

Krisis keuangan Evergrande pertama diketahui pada 2021. Di mana banyak proyek Evergrande di seluruh negeri menghentikan pembangunan karena tunggakan pembayaran.

Bulan September di tahun itu, Evergrande melewatkan dua pembayaran obligasi luar negeri dengan total 131 juta dolar AS (Rp 2 triliun). Pembayaran memiliki masa tenggang 30 hari.

Karena kondisi tersebut, perusahaan Hui menjual 1,2 miliar saham senilai Rp 342,7 juta dolar AS (Rp 5,3 triliun), menurunkan kepemilikannya di Evergrande dari 77 persen jadi 67,9 persen.

Kemudian pada Maret 2022, akhirnya Evergrande menutup sementara perdagangan sahamnya karena tidak mampu mempublikasikan hasil audit sebelum 31 Maret.

Bersamaan dengan itu, cabang manajemen properti Evergrande saat itu juga tengah dalam penyelidikan polisi dan simpanan sebesar 13,4 miliar yuan (Rp 28,4 triliun) disita oleh bank.

Pada November di tahun yang sama, sebuah rumah besar milik pimpinan Evergrande di kawasan perumahan bergengsi The Peak di Hong Kong disita oleh pemberi pinjaman China Construction Bank (Asia).

Awal tahun 2023, Evergrande mengatakan auditornya saat itu, PricewaterhouseCoopers, mengundurkan diri di tengah perbedaan pendapat mengenai masalah yang berkaitan dengan audit akunnya pada tahun 2021.

Kemudian pada Februari, Sebuah komite independen menemukan bahwa direktur Evergrande dalam pengawasan karena keterlibatan mereka dalam mengalihkan pinjaman yang dijamin oleh unit Evergrande Property Services (6666.HK) kepada grup tersebut.

Sebulan kemudian, Evergrande mengumumkan rencana restrukturisasi kebijakan luar negeri. Para kreditor diberikan opsi untuk menukar utang mereka menjadi obligasi baru dan instrumen terkait yang didukung perusahaan.

Pada April, Evergrande mengatakan 77 persen pemegang utang kelas A dan 30 persen pemegang utang kelas C telah setuju dengan proposal restrukturisasi tersebut.

Kemudian di bulan Juli, Evergrande mencatat kerugian bersih pada tahun 2021 sebesar 476 miliar yuan (Rp 1.012) dan pada 2022 senilai 105,9 miliar yuan (Rp 225 triliun).

Evergrande berencana mencari perlindungan di Amerika Serikat. Berdasarkan Bab 15 undang-undang kebangkrutan AS, Evergrande dapat dilindungi dari dari kreditor yang berharap dapat menuntut mereka atau mengikat aset di AS.

Agustus lalu, perdagangan saham Evergrande dilanjutkan setelah 17 bulan, dengan 79 persen nilai pasarnya hilang sejak terakhir kali diperdagangkan.

Selanjutnya di bulan September, Administrasi Regulasi Keuangan Nasional China menyetujui pembentukan perusahaan asuransi milik negara untuk mengambil alih seluruh aset dan liabilitas Evergrande Life Insurance, sebuah perusahaan investasi yang 50 persen sahamnya dimiliki Evergrande.

Di waktu yang sama, sejumlah staf di Evergrande Financial Wealth Management dilaporakan tengah dalam penahanan kepolisian China Selatan.

Pada 25 atau 26 September harusnya Evergrande melakukan pertemuan Skema. Tetapi batal karena perusahaan itu mengaku perlu menilai kembali persyaratan usulan restrukturisasi.

Evergrande mengaku tidak dapat memenuhi kualifikasi untuk menerbitkan surat utang baru karena unit unggulannya di dalam negeri, Hengda Real Estate Group, sedang diperiksa oleh regulator sekuritas China atas dugaan pelanggaran keterbukaan informasi.

Sekelompok besar kreditor luar negeri Evergrande berencana untuk bergabung dalam petisi pengadilan untuk melikuidasi pengembang tersebut, jika perusahaan tersebut tidak mengajukan rencana perombakan utang baru pada bulan depan.

Populer

KPK Usut Keterlibatan Rachland Nashidik dalam Kasus Suap MA

Jumat, 25 Oktober 2024 | 23:11

Pemuda Katolik Tolak Program Transmigrasi di Papua

Rabu, 30 Oktober 2024 | 07:45

Akbar Faizal Sindir Makelar Kasus: Nikmati Breakfast Sebelum Namamu Muncul ke Publik

Senin, 28 Oktober 2024 | 07:30

Pilkada Jateng dan Sumut Memanas Buntut Perseteruan PDIP Vs Jokowi

Minggu, 03 November 2024 | 13:16

Ketum PITI Sayangkan Haikal Hasan Bikin Gaduh soal Kewajiban Sertifikasi Halal

Kamis, 31 Oktober 2024 | 20:01

Inilah Susunan Dewan Komisaris IPC TPK Baru

Jumat, 01 November 2024 | 01:59

Komandan IRGC: Serangan Balasan Iran Melampaui Ekspektasi Israel

Jumat, 01 November 2024 | 12:04

UPDATE

3 Komisioner Bawaslu Kota Blitar Dilaporkan ke DKPP

Selasa, 05 November 2024 | 03:58

Menteri Hukum Tegaskan Jakarta Masih Ibukota Negara

Selasa, 05 November 2024 | 03:40

Catalunya Gantikan Valencia Gelar Seri Pamungkas MotoGP 2024

Selasa, 05 November 2024 | 03:22

Demokrat Bentuk Satgas untuk Amankan Pilkada di Jakarta, Jabar, hingga Banten

Selasa, 05 November 2024 | 02:57

MAKI: Debat Harusnya untuk Jual Program, Bukan Saling Menyerang

Selasa, 05 November 2024 | 02:22

Dubes Mohamed Trabelsi: Hatem El Mekki Bukti Kedekatan Hubungan Indonesia dan Tunisia

Selasa, 05 November 2024 | 02:09

Polisi Gelar Makan Siang Gratis untuk Siswa Berkebutuhan Khusus

Selasa, 05 November 2024 | 01:54

Ancelotti Minta LaLiga Dihentikan

Selasa, 05 November 2024 | 01:36

Pelajar yang Hanyut di Sungai Citanduy Ditemukan Warga Tersangkut di Batu

Selasa, 05 November 2024 | 01:21

Pendidikan Berkualitas Kunci Pengentasan Kemiskinan

Selasa, 05 November 2024 | 00:59

Selengkapnya