Berita

Ilustrasi/Net

Bisnis

Panen Rusia Berhasil Menjaga Harga Gandum Global

SABTU, 23 SEPTEMBER 2023 | 07:13 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Panen gandum di Rusia untuk kedua kalinya secara berturut-turut untuk tahun ini, dilaporkan berhasil menurunkan harga gandum global ke level terendah dalam tiga tahun terakhir. Ini membantu mengisi kesenjangan ekspor yang disebabkan oleh kekurangan pasokan dari Ukraina sekaligus memperkuat posisinya sebagai eksportir nomor satu.

Laporan Financial Times, Kamis (22/9), menyebutkan bahwa harga telah turun lebih dari seperlima sejak akhir bulan Juli karena perkiraan ekspor gandum Rusia telah ditingkatkan oleh Departemen Pertanian AS (USDA) menjadi 48 juta ton yang dijadwalkan untuk penjualan luar negeri.

“Kami telah melihat harga gandum turun secara signifikan karena tindakan Rusia,” kata Michael Magdovitz, analis komoditas senior di Rabobank.

Menurut perkiraan indeks S&P, pangsa Ukraina dalam ekspor gandum global diperkirakan turun dari 9,2 persen pada tahun pertanian 2021-2022 menjadi 6,4 persen selama musim panen 2023-2024.

Sementara itu, Rusia, yang sudah menjadi eksportir terbesar di dunia, diperkirakan akan memasok 22,5 persen ekspor global pada tahun pertanian saat ini, dibandingkan dengan 15,9 persen pada tahun lalu.

“Kerugian Ukraina adalah keuntungan Rusia,” kata Magdovitz.

Menurut perkiraan S&P Global Commodity Insights, Moskow akan mengekspor 47 juta ton gandum tahun ini. Namun, kepala ekonom pertanian di S&P Global, Paul Hughes, mengatakan tidak terkejut jika mengekspor 50 juta ton.

Para pedagang memperkirakan melimpahnya pasokan dari Rusia akan menjaga harga tetap rendah, membantu mengimbangi menyusutnya hasil panen di negara-negara penghasil gandum utama lainnya seperti Argentina, Australia, dan Kanada, yang tingkat produksinya saat ini telah diturunkan.

“Pesaing gandum Rusia tidak banyak,” kata Helene Duflot, analis pasar biji-bijian di Strategie Grains. “Rusia adalah penentu harga saat ini.”

Harga gandum global telah turun lebih dari setengahnya sejak mencapai puncaknya sebesar 13 dolar AS per gantang setelah pecahnya perang Ukraina tahun lalu. Harga gandum berjangka mendekati 5,9 dolar AS per gantang pada pertengahan September, mendekati level terendah dalam hampir tiga tahun.

Sementara para pelaku pasar memperkirakan harga gandum yang lebih rendah akan terus berlanjut, para ekonom juga memperingatkan bahwa peningkatan ketegangan antara Rusia dan Ukraina di wilayah Laut Hitam dapat memicu lonjakan baru pada saat inflasi mendorong komoditas pertanian lainnya seperti kakao dan kopi ke level tertinggi dalam beberapa tahun.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Karyawan Umbar Kesombongan Ejek Pasien BPJS, PT Timah Minta Maaf

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:37

Sugiat Santoso Apresiasi Sikap Tegas Menteri Imipas Pecat Pelaku Pungli WN China

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:30

KPK Pastikan Tidak Ada Benturan dengan Kortastipikor Polri dalam Penanganan Korupsi LPEI

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:27

Tabung Gas 3 Kg Langka, DPR Kehilangan Suara?

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:10

Ken Martin Terpilih Jadi Ketum Partai Demokrat, Siap Lawan Trump

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:46

Bukan Main, Indonesia Punya Dua Ibukota Langganan Banjir

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:45

Larangan LPG di Pengecer Kebijakan Sangat Tidak Populis

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:19

Smart City IKN Selesai di Laptop Mulyono

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:59

Salah Memutus Status Lahan Berisiko Besar Buat Rakyat

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:45

Hamas Sebut Rencana Relokasi Trump Absurd dan Tidak Penting

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:26

Selengkapnya