Panglima militer Sudan Jenderal Abdel Fattah al-Burhan/Net
Panglima militer Sudan, Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, mengajukan permintaan kepada PBB untuk menetapkan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) di negaranya sebagai kelompok teroris.
Pernyataan itu disampaikan dalam pidato di Majelis Umum PBB ke-78 di New York pada Kamis (21/9), dengan mengklaim bahwa RSF telah merekrut ribuan tentara bayaran untuk bergabung dalam konflik di negaranya selama lima bulan terakhir.
"Saya mendesak komunitas internasional untuk mempertimbangkan RSF sebagai kelompok teroris. Kami memiliki bukti bahwa kelompok ini merekrut ribuan tentara bayaran untuk berpartisipasi dalam konflik bersama mereka, yang berpotensi memiliki dampak serius di kawasan ini," ujarnya, seperti dimuat
Anadolu Agency, Jumat (22/9).
Selain itu, Jenderal Burhan juga menuduh beberapa negara regional dan internasional memberikan dukungannya kepada RSF, meskipun ia tidak merinci negara-negara yang dimaksud, namun Wagner sempat disinggung sebagai tentara bayaran yang mendukung paramiliter tersebut.
Di akhir pidatonya, Panglima Jenderal itu menyatakan keterbukaannya untuk terlibat dalam upaya perdamaian melalui dialog nasional antar partai politik.
Sementara itu, Ketua RSF Mohamed Hamdan Dagalo, yang dikenal sebagai Hemedti, juga mengungkapkan niatnya untuk mengakhiri konflik dan mencari solusi damai dalam sebuah pidato video yang jarang terjadi di PBB.
Dalam pidatonya, Hemedti menuduh rezim lama yang dipimpin oleh Presiden Omar al-Bashir mengendalikan militer dan mengklaim bahwa kelompok jihad telah bergabung dengan Angkatan Bersenjata Sudan untuk mengembalikan rezim lama, yang membuat mereka terus mengangkat senjatanya.
Konflik di Sudan yang pecah pada April tahun ini tercatat telah menyebabkan lebih dari 4 juta orang mengungsi dan ribuan orang tewas, dan telah menciptakan situasi kemanusiaan yang memprihatinkan di negara itu.