Makanan laut impor dari Jepang/Reuters
Otoritas bea cukai China melaporkan penurunan drastis dalam impor makanan laut dari Jepang pada periode Agustus, sebagai dampak atas rencana pembuangan air limbah nuklir Fukushima ke laut.
"Impor makanan laut Jepang turun 67,6 persen pada bulan Agustus dibandingkan bulan yang sama tahun lalu," kata otoritas bea cukai China dalam laporannya.
Seperti dimuat
BBC, Rabu (20/9), Kementerian Pertanian dan Perikanan Jepang mengonfirmasi bahwa China adalah salah satu importir makanan laut terbesar di dunia dengan impor senilai 84,4 miliar yen (Rp 8,7 triliun) dari Jepang pada tahun lalu.
Penurunan tajam dalam impor ini terjadi bersamaan dengan pengumuman bahwa Jepang akan memulai proses pelepasan air limbah tersebut pada 24 Agustus, yang diperkirakan akan berlangsung selama 30 tahun.
Pelepasan air limbah nuklir itu sejauh ini telah memicu kekhawatiran di China akan dampak pencemaran lingkungan dan keamanan produk laut di kawasan tersebut.
Selain itu, kekhawatiran kelompok industri perikanan Jepang dan wilayah sekitarnya juga muncul mengenai dampaknya terhadap mata pencaharian mereka.
Meskipun Jepang dan badan pengawas nuklir PBB menyatakan bahwa air tersebut aman, tetapi China tetap mengeluarkan larangan impor makanan laut dari Jepang.
Meski begitu, para ekonom menyatakan bahwa penurunan ekspor makanan laut kemungkinan tidak terlalu mempengaruhi perekonomian Jepang secara signifikan, karena ekspor utamanya ke China adalah mobil dan mesin.