Tren penurunan angka pernikahan pada pasangan muda China membuat industri wedding organizer (WO) terancam merugi.
Tren menghindari pernikahan ini terus meningkat seiring melemahnya perekonomian dan berkurangnya kepercayaan konsumen di China.
Mengutip
ABC News pada Selasa (19/9), tahun lalu hanya terdapat 6,8 juta pernikahan di seluruh China. Jumlah itu 800.000 lebih sedikit dibandingkan tahun 2021.
"Ini juga merupakan angka pernikahan terendah sejak pemerintah China mempublikasikan data pernikahan pada tahun 1986," ungkap laporan tersebut.
Salah satu pemilik bisnis WO di Shanghai, Yuan Jialiang, mengatakan bahwa selain jumlah pernikahan menurun, ternyata hanya sedikit yang bersedia mengeluarkan banyak uang untuk pernikahan.
"Masa depan industri ini tampaknya tidak menjanjikan," ujarnya.
Sebelum pandemi Covid-19 melanda, pernikahan adalah bisnis besar di China. Bahkan Daxue Consulting memperkirakan industri ini bernilai 3,6 triliun yuan (Rp 7.584 triliun) pada 2020.
Frank Chen dari Chen Feng Wedding Planning di Shanghai mengatakan bahwa pasangan biasanya memilih perhiasan emas, dekorasi rumit, dan tempat mewah.
Namun tahun ini hanya ada sedikit pasangan yang memiliki anggaran lebih dari 100.000 yuan (Rp 210 juta).
"Orang-orang lebih cenderung memilih pernikahan yang sederhana dan khusus," ujarnya.
Tren menunda pernikahan terjadi di tengah upaya pemerintah China meningkatkan angka pernikahan dan kelahiran nasional yang yang sempat turun ke rekor terendah tahun lalu.
Direktur dan Kepala Strategi di China Market Research Group, menceritakan bahwa banyak konsumen yang menilai pernikahan sebagai jalan yang enggan mereka pilih. Pasalnya, mereka berpikir bahwa membesarkan anak di China biayanya terlalu mahal.