Pasar di Kota Rembang, Jawa Tengah/RMOLJateng
Gempuran toko online yang kian pesat di era digital, berdampak pada sejumlah pedagang di pasar Kota Rembang, Jawa Tengah. Mereka mengaku mengalami penurunan omzet hingga 60 persen. Beberapa di antaranya, sampai memutuskan menutup kios.
Seperti dialami salah satu pedagang pakaian, Sutono, yang sudah berdagang pakaian selama 15 tahun, namun kini penjualannya merosot.
Kendati demikian, ia tak sepenuhnya menyalahkan konsumen jika beralih berbelanja di toko online karena harga murah. Sementara di pasar lebih mahal karena faktor kualitas.
"Kini hanya bisa gigit jari karena omzet turun drastis. Bahkan (pedagang) tak bisa membayar para karyawannya. Adapula pedagang yang memilih menutup kiosnya karena gulung tikar," kata Sutono dikutip
Kantor Berita RMOLJateng, Kamis (1.
Kata Sutono, pedagang berharap pemerintah bisa mengkaji ulang kebijakan belanja dalam siaran langsung di toko online atau di media sosial. Menurutnya, cara berjualan seperti itu merugikan pedagang tradisional.
Menanggapi keluhan pedagang, Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Rembang, Mohammad Mahfudz mengatakan, di era globalisasi seperti saat ini peredaran pasar digital memang tidak bisa dibendung.
Dia menuturkan, untuk dapat bersaing di era tersebut, baiknya mampu berkolaborasi, selain memiliki lokal di pasar, mampu berdagang via online.
"Dengan pasar online masyarakat lebih memiliki keleluasaan dalam perdagangan, namun, tentunya memiliki plus minus, salah satu cara menanggulangi dengan memberikan service lebih kepada pelanggan," pungkasnya.